Singgah di Jawa : Sepenggal Perjalanan di Buku Rihlah Ibnu Batutah

Rihlah Ibnu Batutah

Ibnu Batutah ternyata pernah singgah di Indonesia. Perjalanannya ke salah satu bagian wilayah Indonesia ini diceritakan dalam salah satu bab di buku yang berjudul Rihlah Ibnu Batutah. Pada artikel ini saya akan membahas salah satu episode perjalanan sang petualang muslim ini yaitu Singgah di Jawa. Bab ini merupakan bab ke 10 dari 14 bab yang ada dalam buku Rihlah Ibnu Batutah.

Bab 10 Singah di Jawa

Ibnu Batutah melakukan perjalanan ke pulau Jawa. Pulau Jawa adalah sebutan untuk pulau Sumatera. Setelah menghabiskan waktu selama dua puluh lima hari di lautan meninggalkan negeri orang-orang Barahnakar. Di Pulau Sumatera ini Ibnu Batutah kagum dengan kesuburan tanahnya. Banyak hasil bumi disini, sungguh pulau yang hijau dan subur. Pulau Jawa ini menghasilkan pohon kelapa, pinang, cengkih, gaharu India, nangka, mangga, jamun, jeruk dan kapur barus. Kebiasaan masyarakat Sumatera adalah berdagang. Mereka akan mempersembahkan berbagai jenis hasil bumi dan berharap pendatang akan membalasnya dengan barang-barang yang mereka bawa.

Ibnu Batutah mendarat di sebuah tempat yang bernama Sarha. Dia dan rombongan dijemput oleh perwakilan Sultan yang bernama Amir Dawlasa. Saat memasuki istana ada sebuah tanda yang mengisyaratkan bahwa rombongan harus turun dan berjalan kaki menuju istana yaitu tombak yang ditancapkan di kedua sisi jalan.

Penghormatan Kepada Tamu

Ada beberapa bentuk penghormatan kepada tamu seperti dipaparkan dalam buku Rihlah Ibnu Batutah ini. Beberapa bentuk penghormatan itu adalah:

  1. Menerima tamu dengan memberikan kain celemek dari Buqsa. Kain tersebut disampirkan kepada Ibnu Batutah dan rombongan yang datang saat itu. Kain tersebut terbuat dari sutra murni, sutra murni dan katun serta sutra dan linen.
  2.  Memberi jamuan makan kepada tamu. Sebuah bentuk penghormatan lainnya adalah memberi jamuan makan yang diberikan oleh Sultan kepada Ibnu Batutah dan rombongan
  3. Sultan memberi waktu tiga hari untuk tamu beristirahat. Sehingga Ibnu Batutah baru bisa menemui Sultan setelah tiga hari dari saat kedatangannya.

Pada hari keempat tibalah waktunya Ibnu Batutah menemui Sultan di masjid setelah salat Jum’at hingga tiba waktu salat asar. Beliau menunggangi gajah dan pengawalnya menunggangi kuda. Masa tinggal Ibnu Batutah di Sumatera adalah selama lima belas hari. Pada hari ke enam belas dia melanjutkan perjalanannya menuju Jawa.

Singgah di Mul Jawa

Keberangkatan Ibnu Batutah dan rombongan menghabiskan waktu dua puluh satu malam dan tiba di Mul Jawa setelah hampir dua bulan menyusuri sepanjang pesisir wilayah Sumatera. Menurut beberapa sumber bahan referensi dan keterangan tambahan dalam buku Rihlah Ibnu Batuta ini, yang dimaksud dengan Mul Jawa adalah semenanjung Malaya hingga Kamboja.Ibnu Batutah mendarat di sebuah kota yang bernama Qaqula dan Qamara.

Ibnu Batutah menemukan sesuatu yang unik disana, seluruh penduduknya mempunyai gajah sebagai hewan peliharaan. Gajah-gajah tersebut diikat di depan rumah-rumah penduduk. Ibnu Batutah menemui Sultan disana. Meskipun bergelar sultan namun dia seorang kafir. Ada sebuah kejadian menarik saat Ibnu Batutah menemui Sultan. Sultan yang duduk di atas tanah menghamparkan kain dan mempersilahkan Ibnu Batutah duduk di atas kain tersebut. Sang penerjemah berkata kepada Ibnu Batutah:

“ Begitulah kebiasaannya; dia duduk di atas tanah karena kerendahan hati. Engkau seorang tamu dan berasal dari seorang sultan yang hebat, jadi dia ingin menunjukkan kehormatan kepadamu”

Sultan mempersilahkan Ibnu Batutah tinggal disana selama tiga hari setelah lewat itu sultan mempersilahkan Ibnu Batutah jika hendak melanjutkan perjalanan kembali.

Ada sebuah kejadian menarik saat Ibnu Batutah bersama Sultan. Tiba-tiba ada seorang pria yang menempelkan pisau di lehernya dan menggoroknya sehingga putus kepalanya. Sultan berkata bahwa itu adalah bunuh diri sebagai persembahan kecintaan kepada sultan. Dan itu dilakukan juga oleh ayah dan kakeknya.

Sultan memberikan penghormatan padanya dengan memerintahkan seluruh warga menghadiri pembakaran mayatnya. Keluarga pria tersebut ditanggung kehidupannya oleh sultan. Keluarga pria ini dihormati karena bunuh diri tanda cinta yang dilakukan olehnya.

Negeri Tawalisi

Negeri Talawisi yang disebutkan dalam buku Rihlah Ibnu batutah ditafsirkan oleh para komentator Ibnu Batutah sebagai wilayah Sulawesi, Tonkin, Kamboja, Filipina dan Kepulauan Sulu. Ibnu Batutah singgah di kota Kaylukari, kota terbesar dan terbaik di negeri Tawalisi. Kota ini dipimpin oleh seorang puteri Gubernur yang bernama Urduja.

Putri Urduja ini digambarkan sebagai sosok perempuan gagah. Meskipun perempuan namun dia begitu kuat dan selalu memenangkan pertarungan meskipun lawannya adalah seorang laki-laki. Sehingga tidak ada yang berani menikahinya sebab putri Urduja hanya mau menikahi laki-laki yang bisa mengalahkannya. Sedangkan dalam pandangan masyarakat disana seorang laki-laki yang dikalahkan perempuan adalah sebuah aib.
Setelah tujuh belas hari tinggal di negeri Tawalisi Ibnu Batutah meninggalkan negeri ini.

Simpulan

Dari kisah yang dipaparkan pada bab Singgah di Jawa pada buku Rihlah Ibnu Batuta ini bisa diambil kesimpulan bahwa Ibnu Batutah mengunjungi wilayah Indonesia. Wilayah yang dikunjunginya adalah semenanjung Sumatera.

 

Judul: Rihlah Ibnu Batutah
Pengarang: Ibnu Batutah
Edisi: edisi 1
ISBN/ISSN: 9786232201446
Deskripsi Fisik: vi;417p;cet1;21cm
Judul Seri: Catatan perjalanan sang musafir abad pertengahan
Bab yang dibahas: halaman 281-290 ( Singgah di Jawa)

0 Shares:
2 comments
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like