“Ibuu….gimana yaaa ini aku bingung,”
“Ibuuu……Aku mau ceritaa.”
“Ibuuu…saya kesel deh..”
“Ibuu…saya seneng banget hari ini.”
Bekerja di perpustakaan membuat saya hampir setiap hari mendengar kalimat-kalimat tersebut dari pemustaka yang notabene adalah siswa-siswa di sekolah. Yaa namanya juga anak remaja yang sedang masa-masanya emosi labil adaa aja curhatan dan cerita ngalor ngidul. Dari mulai cerita ringan ketawa bareng-bareng sampe nangis sesenggukan. Saya mendengarkan dengan fokus dan seksama. Dalam kondisi seperti ini memang sikap terbaik adalah mendengarkan. Saya berusaha untuk mendengarkan dan memposisikan bagaimana jika saya ada di posisi mereka. Menumbuhkan empati dan simpati memang penting saat mereka bercerita. Terus bagaimana saya menghubungkan dengan dunia pekerjaan saat menghadapi mereka? Saya ingat pada sebuah workshop yang pernah saya ikuti yaitu mempelajari tentang biblioterapi di perpustakaan. Mengenal biblioterapi ini menggabungkan dua sisi keilmuan yaitu perpustakaan dan psikologi. Biblioterapi secara sederhana bisa diartikan sebagai sebuah metode untuk mengatasi masalah yang dialami oleh seseorang dengan menggunakan media buku.
Mengenal Biblioterapi
Istilah biblioterapi sendiri dimunculkan oleh Samuel Crothers pada tahun 1916. Kata biblioterapi berasal dari dua kata Yunani yaitu biblio dan therapia. Biblio artinya “buku” dan therapia artinya “penyembuhan”. Dari dua kata dasar ini biblioterapi bisa diartikan secara sederhana yaitu “Penggunaan bahan bacaan untuk bantuan dalam memecahkan masalah pribadi atau untuk terapi kejiwaan”. Crothers menegaskan bahwa dengan membaca buku yang berkualitas akan mengembangkan pengetahuan dan gagasan baru dalam kehidupan, dan akan menghasilkan proses penyembuhan yang dapat memperkaya kepribadian pembaca (Crothers 1916).
Menurut Reitz, biblioterapi diartikan sebagai penggunaan buku yang dipilih berdasarkan konten dari program membaca yang direncanakan dan dirancang untuk memfasilitasi pemulihan pasien yang menderita penyakit mental atau gangguan emosional (Reitz 2006). Jadi biblioterapi itu bisa membantu seseorang mengatasi masalah atau problematika yang dihadapinya berkaitan dengan psikologi, emosi, tingkah laku, sosial selain motivasi individu tentu saja.
Ruang Lingkup Masalah
Berbagai masalah pasti dialami oleh setiap manusia. Begitu pula dengan para siswa, saya mencermati berbagai persoalan itu muncul dari berbagai sudut pandang mereka memandang masalah yang datang ke dalam hidupnya. Masalahnya muncul ke permukaan dalam berbagai bentuk seperti mukanya murung, mengalami trauma, ada juga yang lari ke masalah kesehatan seperti maag dan lambung atau asmanya kumat, timbul kecenderungan untuk menyendiri, timbul rasa takut dan cemas, sedih, merasa rendah diri tidak sehebat teman-temannya yang lain dan banyak lagi. Jadi kadang saya berpikir, bisa jadi klinik penuh bukan karena semata-mata sakit tapi anak-anak sedang ada pikiran atau tingkat stress sedang tinggi.
Kaidah Biblioterapi
Dalam kaidah yang lebih luas , biblioterapi bisa diterapkan melalui beberapa kegiatan selain kegiatan utama yaitu membaca buku. Biblioterapi bisa juga diterapkan dengan cara mendengarkan musik, mewarnai, membaca Al Qur’an atau kitab suci, menggambar dan bercerita. Semua media yang saya sebut tadi adalah media informasi. Semuanya adalah bagian dari kekayaan koleksi yang ada di perpustakaan. Bercerita pun basisnya literasi kan? Jadi semua terhubung ke perpustakaan.
Seringkali saya menyarankan buku-buku traveling dan perjalanan jika ada anak yang mengungkapkan jika dia suntuk atau boring belajar padahal sebentar lagi libur. Saya kasih aja deh beberapa referensi buku-buku traveling yang ada di perpustakaan. Siapa tau ada yang menarik bagi dia untuk dikunjungi pas waktu liburan tiba.
Mengapa Biblioterapi ?
Menurut pengalaman selama saya mengobrol dengan anak-anak tidak semua dari mereka bisa bebas mengekspresikan perasaannya. Jadi menurut saya sih melalui buku bisa menjadi media bagi mereka. Mengutip penuturan seorang ahli, biblioterapi itu sendiri bagi individu menurut Prater (2006), memiliki beberapa manfaat yaitu pertama siswa bisa berekspresi terhadap masalah yang dihadapinya dengan leluasa karena dengan buku bisa meringankan beban dan masalahnya.
Kedua, biblioterapi membantu siswa menganalisis pikiran dan perilaku mereka berkaitan dengan hubungan dengan diri mereka sendiri dan orang lain. Siswa dapat mengidentifikasi pikiran dan perilaku karakter yang ada di dalam buku atau hal-hal yang dipaparkan di dalam buku manakala semuanya mirip dengan apa yang sedang dihadapinya.
Ketiga, biblioterapi bisa menjadi alat yang memberikan informasi untuk membantu siswa memecahkan masalah mereka. Keempat, biblioterapi dapat mengurangi kecemasan dan mendorong lebih rileks. Setelah membaca buku, siswa akan merasa lebih lega emosinya karena ada yang bisa memahami masalah dan perasaannya. Kelima, biblioterapi dapat memberikan cara berbeda dari biasanya dalam belajar dan mencoba solusi baru bagi masalahnya.
Manfaat lain dari biblioterapi adalah memberikan wawasan dan sudut pandang baru kepada siswa karena dengan membaca buku dia mendapatkan pengetahuan baru. Pengetahuan tersebut bisa saja merupakan bibit dalam menghasilkan ide untuk memecahkan masalahnya. Selain itu, biblioterapi bisa meningkatkan kreatifitas dan imajinasi bagi yang melakukannya.
Media yang diberikan dengan berbagai kaidah seperti yang disebutkan sebelumnya mampu membuka 2 hal tersebut yaitu kreatifitas dan imajinasi. Memanfaatkan sarana biblioterapi bisa menjadikan tubuh lebih rileks dan pikiran menjadi lebih tenang. Hal ini berdampak membaiknya kesehatan mental dan stress berkurang.
Biblioterapi, Bagaimana Pelaksanaannya?
Saya sendiri sudah merasakan bahwa buku bisa membantu untuk keluar dari masalah yang tengah dihadapi. Buku fiksi dan non fiksi bisa memberikan contoh kehidupan dan gaya hidup yang baik. Misalnya, saat saya membaca buku tentang seni membersihkan rumah saya jadi paham bagaimana cara berbenah yang baik dan benar.
Dalam pelaksanaan program biblioterapi ini saya sebagai pustakawan hendaknya bisa memilih dan memilah buku mana saja yang bisa diberikan kepada siswa sesuai dengan karakter dan permasalahan yang dialami. Untuk memperoleh data kondisi siswa secara detail dan real, pustakawan bisa bekerja sama dengan guru Bimbingan dan Konseling.
Biblioterapi memiliki tujuan untuk memberikan informasi dan insight tentang masalah yang dihadapi sekaligus memancing diskusi. Selain itu biblioterapi di perpustakaan memiliki tujuan agar siswa bisa mengkomunikasikan nilai-nilai dan sikap baru. Siswa dapat memiliki kesadaran bahwa dengan membaca buku yang tepat akan mengatasi masalah dan memberi solusi atas permasalahan yang dihadapi dan sesuai dengan sifat dan kepribadiannya.
Komunikasi dua arah secara terbuka dilakukan pustakawan dengan memulai menggali akar masalah yang sesungguhnya. Mengapa mereka bisa berperilaku seperti itu. Setelah mengetahui akar masalahnya, pustakawan bisa memilihkan literatur yang sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi oleh siswa yang bersangkutan.
Jika buku yang diberikan adalah buku fiksi maka penting untuk memilih buku fiksi yang tepat. Buku mengandung karakter tokoh dan cerita yang sesuai dengan pesan yang akan diberikan untuk memperbaiki perilaku mereka. Dengan membaca kisah dalam buku fiksi para siswa yang memiliki karakter kurang baik tersebut tidak akan merasa diceramahi secara langsung. Selama proses biblioterapi siswa didampingi agar tujuan terapi bisa tercapai.
Penutup
Biblioterapi di perpustakaan merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Dengan menggunakan pendekatan biblioterapi ada banyak hal positif bisa dirasakan seperti siswa memperoleh pandangan baru tentang masalahnya, kebiasaan membaca lebih meningkat sehingga bisa mengalihkan kebiasaan perilaku buruk yang biasa dilakukan. Siswa belajar memecahkan masalah dan mengambil pelajaran dari buku yang dibacanya.
Dalam melaksanakan program biblioterapi pustakawan hendaknya benar-benar memahami isi buku yang direkomendasikannya kepada siswa. Pustakawan harus bisa menyesuaikan buku pilihannya dengan kondisi siswa secara menyeluruh sehingga buku yang dipilihkan sepenuhnya bisa memberi manfaat dalam mengatasi masalah siswa. Pustakawan harus memperhatikan tingkat kesulitan buku dengan mengenal jenis-jenis buku yang biasa dibaca oleh siswa.
Sumber referensi bahan bacaan artikel:
View of Bibliotheraphy: Layanan bimbingan konseling di perpustakaan. (n.d.). https://rjfahuinib.org/index.php/shaut/article/view/3/162
Workshop Biblioterapi Perpustakaan UMMI Sukabumi bersama Hj. Susanti Agustina.,P.Hd. Tanggal 6 Februari 2024
3 comments
Krn udh dibiasakan sejak kecil membaca, buatku ini cara paling ampuh utk menghilangkan stress, jenuh, sedih atau masalah lain. Makanya aku banyak beli buku berbagai macam genre, krn masing2 bisa dibaca ketika masalahnya datang berbeda. Sedang sedih, aku suka baca ttg chicken soup. Sedang sebel, paling cocok baca genre thriller. Biasanya mood ku pun langsung membaik lagi mba 😄
Ayiik sama donk mba Faan…baca buku healing paling gampang hehe
Jadi inget waktu dulu pertama kali baca novel Laskar Pelangi Andrea Hirata. Waktu bacanya tetiba nangis, bentar kemudian tersenyum, eh pas udah beres baca sampai tamat, ko ada perasaan lega gitu. Mungkin ini contoh dari Biblioterapi, ya