Kisah Perjalanan Menelusuri Jejak Ilmu Islam di Tiga Benua

Review buku journey to the light

“Madrasah adalah cahaya. Ia suluh penerang yang mengantarkan

manusia melewati lorong kegelapan menuju cahaya terang”

Saya baru saja usai membaca sebuah buku dengan tema traveling yang berisi kisah perjalanan sang pengarang buku sejak 2012 hingga awal tahun 2020 sebelum pandemi. Sebuah buku yang bercerita tentang perjalanan menyusuri madrasah-madrasah di 3 benua yaitu Asia, Afrika dan Eropa. Buku ini fokus bercerita tentang perjalanan ke tempat-tempat pusat berkembangnya ilmu atau bisa kita sebut madrasah. Sobat tepas baca semua bisa membaca Review buku Journey To The Light pada artikel ini.

Dalam islam madrasah dan masjid adalah sebuah kesatuan. Masjid adalah pusat pendidikan. Mari kita susuri apa yang bisa  diambil dari kisah perjalanan dalam buku ini menyusuri jejak madrasah dari Asia Tengah , Eropa hingga ujung Afrika

Kisah perjalanan mengunjungi tempat-tempat pusat ilmu islam tumbuh dan berkembang seperti Masjid Nabawi, Masjid Al Qarawiyyin, Masjid Al Azhar, Masjid Al Aqsa, Masjid Agung Qordoba, Rumah sakit Sultan Bayezid II, Jejak madrasah di Registan Square Samarkand, Madrasah Mi’i Arab di kota Bukhara, Madrasah Kok-Gumbaz Tajikistan, Masjid Hakim Kushbegi Uzbekistan.

 

Ada beberapa catatan yang bisa saya dapat setelah membaca kisah perjalanan dalam buku Journey To The Light ini. Saya bagikan di sini yaa….

 

Pusat Ibadah Dan Pusat Pendidikan

Benih pengajaran di masjid adalah teladan dari Nabi Muhammad Saw di masjid Nabawi. Dengan metode mengulang bacaan ayat Al Qur’an dan hadits hingga bisa menghafal dan memahaminya. Inilah konsep pendidikan pertama yang Rosululloh terapkan di dalam masjid Nabawi.

Review Buku journey to the light

Masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah seperti solat dan mengaji saja namun dijadikan pusat pendidikan. Pusat belajar membaca dan menulis Al Qur’an, pusat belajar ilmu-ilmu agama dan bahkan lebih dari itu menjadi pusat belajar ilmu-ilmu sains dan sosial lainnya.

Seperti di masjid Al Qarawiyyin dari kajian yang sifatnya diskusi informal berkembang menjadi kegiatan keilmuan. Dari masjid berkembang menjadi pusat pendidikan seperti Al Azhar

 

Ilmuwan Besar Islam lahir Dari Madrasah Masjid

Tersebutlah nama-nama besar seperti Imam Bukhari, Al Idrisi sang ahli peta, Ibnu Khaldun, Al Bitruji, Ibnu Rusyd. Memang benar adanya Allah memberikan perintah Iqra yang artinya bacalah, karena dengan menaati kalimat ayat itu Allah berikan ilmu-ilmu yang mumpuni kepada setiap orang yang mau belajar.

Dan disebabkan belajar yang mereka lakukan adalah dalam rangka taat kepada Allah maka dimulai dari masjid-masjid yang menjadi madrasah tersebut  berkembanglah ilmu pengetahuan. Perjalanan ke madrasah-madrasah di tiga benua ini penulis buku ini menemukan bahwa hampir semua tempat yang dikunjungi  melahirkan orang-orang berilmu.

 

Masjid Sebagai Perpustakaan

Sejarah membuktikan bahwa di dalam masjid yang berfungsi sebagai madrasah disana pula terdapat ratusan buku selain Al Qur’an. Di dalam masjid Al Azhar, salah satu masjid yang disinggahi penulis buku ini terdapat rak buku. Dimana di dalamnya bukan hanya ada Al Qur’an namun juga ratusan buku dan kitab lainnya. Orang-orang yang menunggu waktu salat semua khusyuk membaca kitab dan Al Qur’an, tidak ada satu pun yang ngobrol apalagi memegang handphone.

Masjid Al Azhar sama halnya dengan masjid Al Qawariyyin menjadi cikal bakal berdirinya Universitas yaitu Universitas Al Azhar yang sangat terkenal di dunia.

 

Masjid Qordoba Dalam Lintasan Sejarah

Mengunjungi kota Qordoba di Spanyol maka akan ditemui sebuah gereja yang Bernama katedral Mezquita. Mezquita dalam Bahasa Spanyol artinya Masjid. Yaa….seperti dituturkan dalam buku Journey to The Light ini bahwasanya katedral  dahulu adalah sebuah masjid bernama Masjid Qordoba yang didirikan oleh Abdurrahman Ad Dakhil.

Review buku journey to the light

Qordoba di masa dulu adalah kota dengan ribuan masjid. Tercatat ada 3.837 masjid, 70 perpustakaan dan madrasah yang tidak terhitung jumlahnya. Qordoba di malam hari berganti wujud menjadi kota dengan ribuan lentera yang dinyalakan oleh para pencari ilmu.  Dari kota inilah Ibnu Rusyd atau di barat lebih dikenal dengan Averoes, Abul Qasim Khalaf bin Al Abbas atau di barat dikenal dengan Abulcasis seorang ahli bedah, Al Idrisi ahli peta.  Mereka  lahir dan besar serta mencari ilmu di madrasah-madrasah yang ada.

Review buku jorney to the light

Yang masih tersisa dari peninggalan kejayaan islam selain bangunan masjid yang sudah menjadi katedral adalah patung Ibnu Rusyd yang berada di jembatan Al Jisr dan Qantharah AD Dahr yang membelah Sungai Al Wadi Al Kabir. Orang Spanyol menyebutnya dengan sebutan jembatan Guadalquifir.

 

Bangunan Memiliki Arsitektur Bernilai Tinggi

Masjid-masjid yang dikunjungi dalam buku Journey to the light ini semuanya memiliki nilai estetika yang unik dan sangat bagus. Ornamen bangunan yang bertabur emas atau warna keemasan, tiang-tiang tinggi yang menjulang dengan gaya bangunan zaman dulu. Kubakubah yang indah, Menara-menara masjid yang indah. Begitu pun dengan ornament-ornamen bangunan yang mengagumkan.

Ornamen bangunan terbuat dari emas

Bangunan yang indah mampu menyihir Jenghis Khan pemimpin Mongol sehingga saat dia membumihanguskan seluruh daerah Bukhara dia menyisakan Menara Kaylan. Pada Menara itu dia merasakan kekaguman yang luar biasa melihat keindahan Menara itu, Menara ini tingginya 47 meter, berdiameter 6-9 meter pada bagian Tengah ada guratan kaligrafi Al Qur’an. Saat ini Menara Kaylan di kota Bukhara dinobatkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Bukhara terletak di provinsi Buxoro Uzbekiztan. Bukhara kota tempat lahirnya Imam Bukhari dan Ibnu Sina.

 

Karakter Kuat : Berdagang Dan Belajar

Para penduduk kota pada masa dahulu mempunyai karakter yang khas yaitu berdagang dan menuntut ilmu. Seperti kisah dari Samarkhand tepatnya di Registan Square. Para saudagar muslim di pagi hari berdagang di pasar-pasar internasional sedangkan pada malam hari mereka belajar di kelas-kelas madrasah yang berada di sekitar wilayah tersebut.

Ada  tiga peninggalan madrasah di kota ini yaitu Ulugh Beg Madrasah, Sher-Dor madrasah dan Tilya-Kori Madrasah yang salah satunya berlapis emas.

Demikian review buku Journey To The Light setelah saya membacanya hingga tuntas. Saya merasa benar-benar sedang menjelajah ke tempat-tempat yang diceritakan di dalam buku secara nyata.

Detail Buku :

Judul : Journey To The Light

Pengarang : Marfuah Panji Astuti

Penerbit: Pro U Media., 2021

Kota Terbit : Yogyakarta

Deskripsi Fisik : 120p;cet1;illus; gamb; foto

Bahasa : Indonesia

ISBN/ISSN : 9786237490609

Harga : Rp.54.000

Genre Buku : Traveling

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like