Al Qur’an Berbicara Tentang Ibu

Al Qur'an Bercerita Tentang Ibu

Setiap tanggal 22 Desember kita memperingati hari ibu. Di Indonesia sendiri penetapan tanggal tersebut diambil dari sebuah peristiwa sejarah kongres perempuan pertama di Yogyakarta tanggal 22-25 Desember 1928. Saat momen bersejarah tersebut kaum wanita sepakat untuk berjuang bersama demi kemerdekaan Indonesia. Dalam agama islam sendiri, Al Qur’an berbicara tentang ibu dalam banyak ayat-ayatnya.

Pada sebuah buku yang diterbitkan oleh penerbit buku ternama di Indonesia penulis Ahmad Abdul Hadi menulis sebuah buku yang berjudul Al Qur’an berbicara tentang ibu. Buku yang diterbitkan tahun 1999 ini meski sudah tidak baru namun isinya akan selalu berhubungan dengan tema ibu sampai kapan pun. Ini bisa terjadi karena al Qur’an adalah sumber informasi yang tidak akan usang sampai kapan pun. Al Qur’an akan menjadi sebuah pedoman hidup selama umat islam ada di muka bumi. Bersamaan dengan peringatan hari ibu maka rasanya pas jika kita membahas tentang ibu dari buku  Al Qur’an berbicara tentang ibu.

Al Qur'an Berbicara tentang Ibu
Al Qur’an berbicara tentang ibu

AL QUR’AN BERBICARA TENTANG IBU : PARA IBU PENGASUH

Dalam buku ini memuat kisah tentang para ibu pengasuh. Meskipun mereka tidak ataupun lama dikaruniai anak  namun Allah meletakkan kasih sayang dan cinta ke dalam hati mereka sebagaimana ibu kandung agar bisa mengasuh dan memelihara orang-orang pilihan yang Allah sayangi. Tercatat dalam Al Qur’an ada tiga orang ibu pengasuh yaitu : Asiyah istri Fir’aun , istri Zakaria A.S dan Zulaikhah istri pembesar Mesir.

Asiyah menemukan bayi Musa ketika sedang berada di sungai Nil. Asiyah memohon kepada Fir’aun suaminya yang juga penguasa Mesir agar bayi Musa dibiarkan hidup dan dibesarkan di dalam istana. Dalam Surat Al Qashash ayat 7-9 terabadikan kalimat Asiyah kepada Fir’aun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya. Mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita mengambilnya sebagai anak, sedang mereka tiada menyadari.” Asiyah membesarkan Musa dengan penuh kasih sayang meskipun bukan anaknya sendiri.

Al Asyba adalah istri nabi Zakaria. Nabi Zakaria adalah seorang nabi dari keturunan Bani israil. Nabi Zakaria dan istri merawat dan membesarkan Maryam putera Imran. Maryam ditinggal ayahnya sejak bayi. Istri nabi Zakaria merawatnya dengan penuh kasih sayang. Kisah ini tercatat abadi di dalam Al Qur’an surat Al Imran ayat 36-37 di dalam ayat tersebut Allah mengisahkan tentang istri Imran yang melahirkan seorang anak perempuan bernama Maryam. Kemudian Allah menjadikan Zakaria dan istri sebagai pemeliharanya.

Wanita pengasuh ketiga dalam buku Al Qur’an bercerita tentang ibu adalah Zulaikhah istri pembesar Mesir. Kisahnya berawal dari rombongan musafir yang menemukan nabi Yusuf kecil di dalam sumur. Kemudian mereka menjual Yusuf kepada penguasa Mesir. Kisah ini ada dalam Al Qur’an surat Yusuf ayat 21 yang penggalan artinya sebagai berikut , “Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya, “berikanlah kepadanya tempat dan layanan yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak…..”

Demikianlah Allah sudah memberikan rasa cinta dan kasih kepada mereka untuk membesarkan manusia-manusia pilihan Allah. Rasa cinta yang tidak jauh berbeda dengan ibu kandung yang melahirkannya. Allah yang memberi cinta dan Allah pulalah yang menggerakkan hati mereka condong kepada rasa kasih dan sayang.

UMMUL MUKMININ

Ummul mukminin adalah wanita-wanita yang turut pula dikisahkan dalam Al Qur’an. Al Qur’an bercerita tentang ibu orang mukmin. Allah banyak berfirman tentang istri-istri nabi Muhammad dalam Al Qur’an surat Al Ahzab. Diantaranya yaitu dalam Q.S.Al Ahzab ayat 6, 50, 52 dan ayat 53. Ummahatul mukminin berjumlah dua belas orang , yaitu Khadijah binti Khuwailid, Saudah binti Zum’ah, Aisyah binti Abu bakar , hafshah binti Umar bin Khattab, Zainab binti Khuzaimah, Hindun binti Abi Ummayyah, Zainab binti Jahsy, Juwairiyah binti haarits, Shafiyyah binti huyai ibnul Akhthab, Ummu Habibah binti Abu Sufyan, Mariyah binti Al Qibtiyah dan maimunnah binti Al Haarits.  Rosulullah menikahi ummul mukminin atas perintah dan petunjuk dari Allah SWT.

KISAH IBU MUSA MENYUSUI ANAKNYA SENDIRI

Maha besar Allah yang sudah mempertemukan Musa dengan ibu kandungnya sendiri dalam skenarionya yang indah. Setelah Musa dihanyutkan oleh ibunya dalam rangka menyelamatkan Musa dari pembunuhan bayi laki-laki seperti diperintahkan Fir’aun, sang ibu berpasrah kepada Allah untuk keselamatan sang bayi. Fir’aun saat itu menugaskan orang-orang suruhannya untuk mencari ibu susuan bagi bayi Musa.

Seperti dikisahkan oleh Al Imam Al Hafidh Ibnu Katsir dalam kitabnya tafsirul Quranil Azhim dia menjelaskan bahwa saat mengandung Musa beliau tidak nampak tanda kehamilan. Sehingga saat proses melahirkan dia tidak dibantu oleh siapapun. Setelah menghanyutkan Musa di sungai Nil, saudara-saudara Musa terus mengikuti bayi Musa. Mereka tenang begitu mengetahui Musa diambil dan dirawat oleh Asiyah istri penguasa Mesir.

Saat wanita-wanita istana mencari ibu susuan untuk Musa, Allah mempertemukan kembali Musa dengan ibunya. Janji Allah benar bahwa Allah akan mengembalikan Musa kepada ibunya dengan cara yang sudah diatur oleh Allah sang pemilik jalan kehidupan manusia.

Ibu Musa bernama Yokabid seorang wanita keturunan Bani israil yang pindah ke Mesir pada zaman nabi Yusuf A.S. Ayah Musa Adalah Imran. Imran adalah saudaranya nabi Harus A.S. Saudara perempuan Musa adalah Maryam, seorang gadis jelita saat Musa dilahirkan. Fir’aun saat nabi musa hidup adalah raja Ramses II. Dialah yang ditenggelamkan Allah di laut merah seperti termaktub dalam kisah di dalam Al Qur’an.

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like