Hati Suhita : Sebuah Kisah Penaklukkan Hati

Hati Suhita

Film akhir pekan pilihan saya minggu kemarin jatuh pada sebuah film Indonesia yang berjudul Hati Suhita. Saat menonton film ini,  saya diingatkan kepada sebuah film yang sudah saya lihat sebelumnya. Temanya mirip-mirip film Wedding Agreement yaitu tentang pernikahan yang dilaksanakan bukan atas dasar cinta diantara kedua insan. Pihak laki-laki merasa terpaksa menikah atas dasar mengikuti dan taat pada keinginan orang tua. Namun di pihak perempuan meskipun pada posisi  dijodohkan oleh ayah ibunya dia siap menempuh pernikahan dengan laki-laki pilihan ayah ibunya tersebut. Dalam arti kata si perempuan ini sudah menyediakan jiwa dan raganya untuk bersama dalam ikatan pernikahan. Tapi dari sisi alur cerita sangat berbeda dan sama sekali tidak sama. Perbedaan adalah cerita dalam perjalanan si perempuan dalam mendapatkan cinta sang suami. Disinilah banyak hal yang bisa menjadi bahan renungan buat saya tentang sikap sabar, pantang menyerah, cerdas dan sikap lapang dada serta ikhlas.

Dibintangi perpaduan pemain senior dan pemain muda menjadikan film ini menarik untuk ditonton. Kelihaian akting para pemainnya memberi ruh pada jalan cerita. Para pemain yang berperan dalam film Hati Suhita ini antara lain adalah  : Nadya Arina sebagai Alina Suhita – Omar Daniel sebagai Gus Birru – Anggika Bolsterli sebagai Ratna Rengganis – Ibrahim Risyad sebagai Kang Dharma – Wafda Saifan sebagai Arya – Dest Ratnasari sebagai Ummik – David Chalik sebagai Kyai Hannan – Devina Aureel sebagai Aruna – Widyawati sebagai Mbah Putri – Slamet Rahardjo sebagai Mbah Kung – Tanta Ginting sebagai Riza Sihombing – Ariyo Wahab sebagai Ayah Suhita – Eksanti sebagai Ibu Suhita – Joshua Suherman sebagai Permadi.

Film yang disutradai oleh Archie Hekagery dan penulis skenario Alim Studio ini diproduksi oleh Starvision. Lounching di Bioskop pada bulan Mei 2023 silam. Masa tayang di bioskop memang sudah selesai namun masih bisa disaksikan di kanal Netflix. Film ini merupakan hasil adaptasi dari buku dengan judul yang sama karya Khilma Anis.

Dengan berlatar belakang kehidupan pesantren, kisah perjodohan mengawali jalannya cerita. Tradisi perjodohan di kalangan pesantren memang sudah biasa terjadi dan bahkan menjadi tradisi bagi sebagian kalangan pesantren.

Begitu pula dengan Alina Suhita dan Gus Birru yang sudah dijodohkan dari sejak kecil oleh kedua orang tuanya. Dalam perjalanan hidupnya ternyata Gus Birru mempunyai seorang perempuan yang sudah bertahta di hatinya yaitu Ratna Rengganis. Dia adalah  seorang gadis yang menemani dalam perjalanan jalan juangnya. Jalan juang yang selalu ditentang oleh Abah dan ummik kedua orang tua Birru. Rengganis dilukiskan sebagai sosok yang cerdas, mahir membuat naskah film dan menulis. Bisa mengikuti jejak langkah Gus Biruu. Sehingga menjadi sebuah bencana bagi Birruu manakala harus menikah dengan Alina.

Penderitaan yang ditanggung oleh Alina Suhita sungguh berat. Dia harus menerima kenyataan tidak diterima oleh suaminya untuk masuk dalam kehidupannya meskipun sudah terikat dalam sebuah pernikahan. Gus Birru tidak pernah menyentuhnya sejak malam pertama tiba. Sementara kedua orang tua Biruu sangat berharap segera menimang cucu.

Seiring waktu berjalan Alina Suhita akhirnya mengetahui bahwa Gus Birru mencintai Ratna Rengganis. Namun Alina tidak menolak ketika diminta pendapat oleh Rengganis tentang pembuatan film dokumenter. Disanalah ide cerdas Alina mengalir, dia menyampaikan ide tentang kesetaraan gender dalam menerima pendidikan antara laki-laki dan perempuan. Alina Suhita juga yang berhasil meyakinkan Abah sehingga menyetujui pesantren Al Anwar menjadi tempat pembuatan film dokumenter tersebut.

Akhirnya Alina Suhita pergi dari pesantren menuju rumah mbah kakungnya. Hal ini  membuat orang tua Birru mengetahui keadaan yang sesungguhnya. Mereka marah besar kepada Birru. Biruu menangis menyesal. Tiidak lama setelah itu Gus Birru menyusul Alina Suhita ke rumah Mbah Kakung.. Alina Suhita akhirnya memenangkan hati Gus Birruu melalui film dokumenter yang menyajikan kecerdasan dan ide idenya dalam mengembangkan pesantren. Alina Suhita tidak pernah menyadari  jika film itu telah bisa membukakan mata hati Biruu dalam memandang dirinya.

Namun di satu sisi yang lain menurut saya, Ratna Rengganis pun adalah seorang pemenang. Dia berhasil menaklukkan egonya untuk tidak melanjutkan rasa cintanya kepada Birru. Padahal jika dia mau akan sangat gampang mengambil Birru menjadi miliknya Kembali. Rengganis berhasil menjadi pemenang untuk tidak menjadi seorang perempuan yang merecoki kehidupan seorang laki-laki yang sudah memiliki istri meskipun dia sendiri sangat mencintainya. Suhita dan Rengganis berhasil menggambarkan sosok perempuan yang bisa melakukan sesuatu yang memang seharusnya dilakukan. Suhita yang berjuang untuk membuat Gus Birru mencintainya dan Rengganis yang berjuang untuk menghilangkan jejak Birruu di hatinya.

Jika melihat di deskripsi film nya , cerita ini bisa dinikmati oleh peninton usia 13+ ke atas. Namun menurut saya sih lebih cocok untuk 17 tahun ke atas karena kisahnya menuturkan kisah perjalanan cinta orang dewasa, kisah sebuah pernikahan dengan segala problem dan masalahnya. Anak usia 13 tahun belum cocok mengunyahnya terlalu berat. Dalam satu adegan pun memperlihatkan Suhita dengan maksud menarik perhatian Birru suaminya menggunakan pakaian minim yang tentu saja tidak pantas dilihat oleh anak usia 13 tahun. Tapi secara umum film Hati Suhita merupakan kisah yang menarik dengan latar belakang konflik yang membuat emosi penonton termehk-mehek.

0 Shares:
17 comments
  1. Well, jadi inget sebuah quote, “Menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kamu bisa berencana menikahi siapa, tapi tak dapat kau rencanakan cintamu untuk siapa”. Ya kok untung Rengganis ga gatel jadi pelakor huhu. Aku baca sih ini tapi belum nonton. Jadi penisirin deh.

  2. Sebelum nonton film Hati Suhita sudah baca novelnya terlebih dahulu. Novelnya bagus banget dan penasaran pingin nonton. Makanya pas pertama launching di bioskop, langsung deh nonton. Kisah nyata ini ya mbak, makanya menyentuh banget kisah Suhita ini.

  3. Ini heboh banget yaa pas rilis, aku jugaa pas itu penasaran dan nyari2 spoilernya hihi..
    menarik emang, apalagi ini relate banget sama kehidupan kita sebagai umat Islam kan. apalagi yang pernah “mondok” haha

  4. Aku nonton film ini di bioskop, audionya dan pengambilan gambarnya bikin kita ikutan seolah ada di film itu. Dan buatku, ini salah satu film islami yang layak ditonton. Beberapa film islami soalnya justru kehilangan ruhnya ketika bersentuhan dengan cerita soal cinta

  5. saya baca novelnya ini mbak, nggak nonton flmnya. Sebenarnya kesel banget sama Gus Biru, tpi saya salut nggak mau nyentuh sama sekali suhita karena nafsu. Tapi juga paham bagaimana sakitnya perpisahan karena cinta yang tidak bisa bersatu. Cuma, agak kurang ditambahin sedikit bagian endingnya biar maknyus. Itu menurutkusih. overall bagus. Dan lalu paham semuanya karena Allahlah pemilik hati kita, dia bisa membolak-balikkan hati, yang kemarin tidak suka sedetikkemudian mencinta. Begitu sebaliknya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like