“Aku tak bisa memilih masa kecilku, tapi masa depan itu kita sendiri yang bisa melukiskannya” Iwan Setyawan
Apa yang terbersit dalam benakmu jika melihat ada seorang anak kecil hidup dalam keterbatasan dan kemiskinan namun bisa bertahan, berjuang hingga mencapai kesuksesan? Tentu saja kagum bukan? Begitu pun saya saat menonton film ini, ada rasa kagum kepada sosok tokoh utama di dalamnya. Sosok anak kecil hebat yang mampu menembus segala rintangan dalam hidupnya untuk menyambut kesuksesannya. Film ini layak dijadikan tontonan bagi seluruh keluarga. Di artikel ini saya mencoba mengulas review film 9 Summers 10 Autumns
Film ini diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama. Film 9 Summers 10 Autumns adalah sebuah kisah nyata dari penulis novel itu sendiri. Kisah hidup yang dijadikan buku kemudian diangkat ke layar lebar. Film yang pertama tayang di bioskop pada 25 April 2013 ini masih seru juga untuk ditonton dan pesan moralnya related dengan kehidupan di masa kini.
Laki-Laki Itu Harus Kuat
Iwan seorang anak laki-laki satu-satunya diantara lima anak lainnya sangat diharapkan menjadi anak tangguh dan pemberani. Iwan yang memiliki nama panggilan Boyek memiliki karakter sifat pemalu dan pendiam seringkali tidak bisa memenuhi harapan ayahnya untuk tampil gagah dan berani. Iwan yang selalu mengalah, pemalu tampil di depan umum dan tidak berani menyanggah serta pendiam seringkali ditempa agar kuat oleh ayahnya. Di kemudian hari sikap keras sang ayah berhasil membuatnya bisa bertahan dengan kerasnya kehidupan di dunia nyata.
Ayah Iwan sering mengajaknya berkeliling narik angkot, mengajaknya mengenal onderdil mesin, ayahnya yang kerap mendidiknya dengan keras saat berbuat kesalahan menempanya menjadi pribadi tangguh. Ayah ibunya saling melengkapi dalam menghadapi Iwan, ayahnya keras diimbangi oleh ibu yang lembut dan penuh kasih sayang. Sosok hangat seorang ibu selalu menjadi penenang Iwan. Kemiskinan tidak lantas merenggut arti cinta dan kasih sayang dalam keluarga. Iwan dan saudara-saudaranya beruntung mendapatkan kasih sayang ayah dan ibunya dengan cinta melimpah meski hidup dalam kesederhanaan
Pintar Saja Tidak Cukup
“Iwan tidak takut hantu bu, Iwan takut miskin.”
Cuplikan kaliat di atas adalah kata-kata Iwan kecil pada ibunya saat mendapati dia belajar di cahaya gelap. Rasa takut pada masa depan suram sudah membuatnya tidak takut melawan kegelapan. Ribuan malam dia habiskan untuk menguliti soal-soal matematika agar bisa dipahaminya. Dia tidak pernah menyerah pada keadaan, meskipun situasi dan kondisi serba terbatas baginya belajar adalah sesuatu yang tidak boleh dilewatkan. Meski hanya berteman lampu tempel dengan cahaya seadanya Iwan tetap semangat belajar. Tidak heran jika Iwan selalu menjadi juara kelas dan mendapat peringkat 1.
Pintar saja tidak cukup namun kepintaran itu harus terus diasah dalam bentuk belajar dan kerja keras. Iwan melanglang buana ke kota Bogor diterima menjadi mahasiswa disana. Di kampus pun Iwan berhasil menjadi mahasiswa terbaik dan lulus dengan status Cum Laude. Luar biasa Iwan mampu bertahan dan menyelesaikan kuliahnya dalam kondisi ekonomi sangat terbatas. Dengan bersabar hidup sangat sederhana Iwan mampu mewujudkan mimpinya menjadi sarjana. Iwan selalu ingat pengorbanan sang ayah yang menjual angkot satu-satunya untuk biaya kuliah Iwan di Institut Pertanian Bogor.
Orang tua Iwan paham betul bahwa untuk merubah takdir itu adalah dengan pendidikan. Oleh karenanya meskipun kondisi ekonomi keluarga berada dalam kekurangan mereka bertekad menyekolahkan kelima anaknya. Kedua orang tua Iwan terutama sang ayah bekerja keras mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan anak-anaknya. Setelah menjual angkot satu-satunya demi biaya kuliah Iwan, sang ayah menjadi supir truk untuk menyambung hidup dan memenuhi kebutuhan keluarga.
Kekuatan Tekad Mengentaskan Rintangan
Selepas menjadi sarjana, Iwan pergi merantau ke New York. Sebuah perjalanan penuh makna yang membangun kisah hidup penuh perjuangan. Iwan masih tetap dalam kesendiriannya. Tidak banyak yang diceritakan dalam film ini. Film ini menampilkan sosok Iwan berjuang hidup sendiri tanpa sanak saudara. Hanya sesekali ditemani sosok masa kecilnya di masa lalu.
Dalam film ini tidak digambarkan secara detail tempat Iwan bekerja. Begitu pula dengan bidang kerja yang digeluti olehnya. Selama di New York Iwan tinggal di sebuah apartemen. Setelah melalui 9 musim panas dan 10 musim gugur menghabiskan waktu di New York untuk bekerja , Iwan memutuskan pulang. Meskipun sudah ditahan untuk tidak berhenti oleh atasannya namun tekad Iwan untuk pulang begitu kuat.
Pulang Sebuah Kata Ajaib Dalam Kehidupan
Akhirnya Iwan pulang ke Indonesia. Dia bertekad untuk mengabdi kepada negeri. Di tanah kelahirannya dia memberi semangat dan inspirasi kepada para generasi muda agar tidak mudah menyerah dengan keadaan. Mengabdi untuk negeri adalah jalan terbaik yang dipilihnya.
Sisi Lain Film
Film ini kalau menurut saya tidak terlalu banyak alur cerita yang disampaikan. Seperti saat di New York selama sembilan tahun, tidak tergambar secara jelas apa bidang pekerjaan yang digelutinya. Hanya duduk di depan komputer dan menampilkan Iwan berjalan di tengah kota New York. Tidak terlihat hiruk pikuk kantor yang menggambarkan keseruan Iwan bekerja bersama teman-temannya.
Sebelum bekerja di New York, Iwan sempat bekerja di Jakarta. Nah, saat di Jakarta sempat terlihat selintas pekerjaan apa yang digeluti oleh Iwan. Meski begitu hingga film selesai tidak terinformasikan tentang pekerjaan Iwan secara detail.
Begitupun saat menimba ilmu di IPB. Film ini menggambarkan kegiatan Iwan belajar dan kuliah, serasa flat saja tidak ada riak-riak masalah yang berarti atau bisa juga disebut dengan minim konflik. Satu masalah yang timbul adalah saat orang tua Iwan tidak bisa mengirim uang kepadanya sehingga harus meminjam uang kepada pamannya di Jakarta.
Film yang mengambil setting di 3 kota yaitu Batu malang, Bogor dan New York ini memiliki alur maju dan mundur. Alurnya seperti orang sedang bercerita ada narasi tokoh utama yang sedang berbicara sambil berkisah. Sepanjang film berjalan kita mendengar Iwan bertutur.
Pesan Moral Dalam Cerita Film 9 Summers 10 Autumns
Film 9 Summers 10 Autumns ini ingin menyampaikan pesan kepada penonton tentang perjuangan hidup seorang Iwan untuk bangkit dari keterbelakangan dan serba kekurangannya hingga menjadi orang yang sukses. Film ini memberikan nilai-nilai positif bagaimana Iwan mengatasi hambatan dan masalah dalam hidupnya di bidang ekonomi, sosial dan psikologisnya dengan sangat baik.
Di film ini juga mengajarkan kepada penonton tentang arti cinta serta hormat pada orang tua. Meskipun Iwan sudah menjadi orang sukses dan terpisah jarak yang jauh namun dia tetap menjaga hubungan komunikasi dengan orang tua serta saudara-saudaranya dengan baik. Film ini menanamkan nilai-nilai positif kepada seluruh penontonnya tentang pentingnya pendidikan, semangat, kerja keras dan pantang menyerah.
Para Pemain dan Pendukung Film
Film ini disutradarai oleh Ifa Isfansyah dan produser Edwin Nazir serta Arya Pradana. Naskah Filmnya sendiri ditulis oleh Ifa isfansyah, Fajar Nugros dan Iwan Setyawan yang juga sebagai penulis novel buku 9 Summers 10 Autumns.
Sedangkan para pemeran dalam Film ini adalah :
Ihsan Tarore sebagai Iwan Setyawan. Dia adalah tokoh utama dan narator dalam cerita film ini.
Alex Komang sebagai Hasim ayah Iwan
Dewi Irawan sebagai Ngatinah ibu Iwan
Hayria Lontoh sebagai Mida, sahabat Iwan
Shafil Hamdi Nawara sebagai Iwan kecil.
Agni Pratistha sebagai Isa, kakak Iwan
Ade Irawan sebagai nenek Iwan
Swasti Nuswantari sebagai Mira, Adik Iwan.
Ida Ayu Wadanthi Purnama sebagai Rini, Adik Iwan
Dira Sugandi sebagai Inan, Kakak Iwan.
Epy Kusnandar sebagai Udin, tukang kredit keliling langganan keluarga Iwan.
Ria Irawan sebagai Ibu Agus, pemilik warteg langganan Iwan saat kuliah di IPB
Charis Iola Mattaenda sebagai Isa kecil.
Roby Muhamad sebagai dosen statistik Iwan di IPB
Film ini diproduksi oleh Angka Fortuna Sinema dan memiliki durasi tayang 125 menit.
Film 9 Summers 10 Autumns ini telah berhasil meraih beberapa penghargaan diantaranya yaitu: Film terbaik di Festival Film Internasional Bali 2013, menjadi pilihan resmi di Festival Film Internasional Kamboja 2013, penghargaan pada Festival Film Bandung 2013 untuk pemeran Pendukung Pria Terbaik yaitu Alex Komang, pemeran Pendukung Wanita Terbaik untuk Dewi Irawan dan penata Seni Terbaik diraih oleh Eros Eflin
Saya merekomendasikan pembaca semua menonton film ini yaa…bagus soalnya.
Sumber referensi bahan bacaan:
https://id.wikipedia.org/wiki/9_Summers_10_Autumns
https://filmindonesia.or.id/film/lf-9017-13-019837#zp53h-16dwA
https://www.facebook.com/9Summers10AutumnsTheMovie/?locale=id_ID