Bagian 1
Zaa…..jangan lupa bawa bekal sarapannya yaa,” teriak ibu saat melihatku terburu-buru hendak pergi ke sekolah. “Iya bu….siap,” jawabku sumringah.
Bekal sarapan dari ibu, buatan ibu memang makanan favoritku di pagi hari. Jarak sekolah dan rumah yang jauh memaksaku tidak punya waktu cukup untuk menghabiskan sarapan di rumah dengan leluasa. Jadilah menu sarapan buatan ibu yang menurutku enaknya gak ketulungan itu dibekal setiap hari. Jika sampai sekolah masih ada waktu buat makan bekal dari ibu segera kuhabiskan sebelum bel masuk berbunyi. Namun tidak jarang kedatanganku bertepatan dengan bunyi bel sekolah tanda aku harus segera belajar. Jika sudah begitu kondisinya, bekal dari ibu akan kumakan pas jam istirahat tiba. Istirahat itu jam sepuluh jadilah aku belajar di pagi hari dengan perut ramai berbunyi menyanyikan orchestra lagu kelaparan wkwkwkw.
Pagi itu aku kesal sekali pada ibu, karena tidak membangunkanku pagi-pagi. Semalam aku tidur agak larut karena harus belajar menghadapi ulangan pagi ini. Ibu telat membangunkanku karena ada tetangga yang meninggal. Ibuku adalah orang yang suka memandikan jenazah satu-satunya di kampungku. Sehingga ketika ada wanita meninggal maka ibu akan memandikannya. Aku terloncat dari tempat tidur saat melihat jam weker menunjukkan waktu pukul 06.45 pagi.
“Ibuuuu……kenapa gak bangunin aku,” aku berteriak sambil menangis.
“Maaf ibu naak….tadi harus ke tetangga yang meninggal. Ini ibu baru datang.” tutur ibu disertai raut muka penuh penyesalan.
Aku terburu-buru mengganti baju tanpa sempat mandi. Segera kubereskan buku yang berserakan di atas meja. Aku pergi tanpa pamit. Aku kesal sekali kepada ibu. Ibu hanya bisa menatap sedih melihatku pergi dengan cara seperti itu. Entahlah setan apa yang merasukiku. Rasanya saat itu aku kesal sekali pada ibu.
Aku pergi naik ojek langganan. Motor abang ojek melesat terbang menuju sekolah. Entah berapa kecepatannya yang jelas aku bilang sama abang ojek agar bisa smpai sekolah sebelum jam 7. Terbayang kaan betapa ngebutnya. Alhamdulillah aku sampai tepat saat bel berbunyi. Tergopoh-gopoh aku memasuki gerbang sekolah. Tepat saat aku masuk, gerbang pun ditutup oleh bapak satpam. Duh…lega rasanya…segera aku berlari menuju kelas. Tepat bersamaan dengan aku duduk bu Rahma guru ekonomi masuk ruangan kelas. Aku bernapas legaaa…..usai sudah drama hari ini.
****
Bagian II
Ibu terduduk di meja makan. Raut kesedihan terpancar di wajahnya yang lelah.
“Kenapa bu?” tanya ayah yang memperhatikan ibu. Ayah baru datang juga dari pemakaman tetangga yang meninggal tadi pagi. “Ibu gak sempat buatin bekal sarapan pagi buat Diza,” jawab ibu. “Dia marah pak..pergi sambal kesal dan gak pamit, ibu jadi sedih,” ibu melanjutkan perkataannya. “Ya sudah mungkin Diza hanya panik saja takut terlambat nanti juga akan biasa lagi. Lebih baik ibu sekarang buatkan bekal sarapan Diza nanti antarkan ke sekolahnya,”kata ayah memberi saran pada ibu. “Ayah gak bisa mengantarkan karena harus segera ke sawah, ada yang kerja dan harus dikontrol pekerjaannya. Gak apa-apa kan Bu?” kata ayah diakhiri dengan sebuah pertanyaan pada ibu. “Iya yaah gak apa-apa biar nanti ibu yang antarkan ke sekolah Diza. Ibu segera beranjak pergi ke dapur. Bekal sarapan yang disiapkan hari ini adalah nasi putih hangat, tempe mendoan, tumis kacang panjang dan teri balado kesukaan Diza. Ibu sudah paham jika tidak sempat makan pagi maka Diza akan makan pada jam istirahat. Saat ibu memasak waktu sudah menunjukkan jam delapan pagi. Satu jam cukup untuk memasak bekal untuk putrinya tercinta. Ibu sudah menjadwalkan jam sembilan menuju sekolah.
***
Bagian III
Dentang bel sekolah begitu nyaring berbunyi membuat ratusan siswa yang berada di dalam kelas sumringah kegirangan. Mereka keluar berhamburan menuju ke segala arah, ada yang ke kantin, ke perpustakaan, ke lapang basket maupun sekedar duduk-duduk di selasar teras kelas. Diza duduk sendiri di kelas, dari tadi pagi pikirannya tidak tenang. Diza teringat ibunya. Ada rasa sesal di dalam hatinya dengan kejadian tadi pagi. Dia menyesal sudah bersikap tidak sopan terhadap ibu. Dalam hatinya Diza bertekad sepulang sekolah dia akan segera menemui ibu untuk meminta maaf atas kesalahannya bersikap tidak sopan.
Saat asyik termenung, Diza mendengar keributan dari luar kelas. Dia pun segera keluar untuk melihat apa yang terjadi. Diza melihat ada kerumunan di luar depan gerbang sekolah. “Ada apa Mir?” tanya Diza pada temannya. “Itu di depan katanya ada motor yang tertabrak mobil, tapi aku juga belum lihat sih,”kata Mira. Diza bergegas berlari keluar entah mengapa hatinya sangat ingin melihat apa yang terjadi di depan sana.
Sesampainya di depan, Diza kaget dengan apa yang dilihatnya. Sebuah motor terjatuh di sisi jalan dan seorang ibu penuh darah tergeletak di sisinya. Sebuah mistig tempat makan ada di sisinya dengan isi makanan yang sudah berserakan tidak jauh dari sisinya. Makanan yang bercampur darah si ibu yang tergeletak. Diza menjerit melihat apa yang terjadi. “Ibuuu……,”Diza berteriak kencang dan sesaat kemudian tidak ingat apa-apa lagi.
***
Bagian IV
Di bangsal UGD rumah sakit umum.
“Ibu….Ibu…Ibu…maafkan aku,” Diza menangis pilu.
“Ibu sudah maafkan kamu koq naak..,”
Diza terperanjat, suara itu sangat dikenalnya. Sedetik kemudian dia menoleh ke arah suara itu. “Ibuuuu…ibu masih hidup…,”Diza terbelalak kaget.
“Iyaa ibu sehat naak…kamu kenapa?’
“Tadi yang bedarah-darah siapa bu?’
“Itu bude Eli kembaran ibu,”
“ya Allah ibuu…Diza pikir itu ibuu, bagaimana kondisi bude Eli sekarang bu?”
‘Alhamdulillah masih terselamatkan,”
Di titik itu Diza merasakan lega dan seketika dia memeluk ibu dengan erat sambil menangis meminta maaf atas kesalahannya tadi pagi. Setelah Diza tenang, ibu bercerita bahwa tadi ibu akan mengantarkan bekal sarapan untuk Diza dan diantar oleh adik kembarnya. Namun saat pas di depan gerbang sekolah tiba-tiba ada mobil berkecepatan tinggi menyerempet motor yang dikemudikan oleh bude Eli.
Ibunya Diza selamat hanya lecet sedikit bagian kakinya. Sementara sang adik terluka robek di kepala namun alhamdulillah bisa terselamatkan karena segera dibawa ke rumah sakit untuk ditangani. Hanya saja bekal sarapan Diza tidak bisa terselamatkan karena hancur lebur berserakan di jalanan. Namun di saat kondisi seperti ini apalah arti bekal sarapan yang porak poranda disbanding keselamatan ibu dan bude Eli.
Pada titik itu Diza merasakan kebahagiaan yang amat sangat karena memiliki ibu yang luar biasa menyayangi anak-anaknya. Saat itu Diza berjanji akan lebih menyayangi dan menghormati ibu dan tidak akan mengulangi lagi perlakuan yang buruk seperti kemarin dia tunjukkan kepada ibu. I Love you ibu……lirih Diza dalam batinnya.
*Terinspirasi dari lagu dengan judul “Ibu” dinyanyikan oleh Iwan Fals*
2 comments
Sosok ibuk selalu ajaib ya Kak. Tak terhitung berapa kali anaknya yang suka mengecewakan tapi tetap menjadi pahlawan menyayangi anaknya sepenuh hati.
betul mba…itulah ibu..maafnya seluas samudra