Masih lekat dalam ingatan saya pada sebuah peristiwa saat seorang teman kehilangan kesempatan kuliah beasiswa S2 nya karena lewat waktu yang telah ditetapkan. Teman saya ini pintar tapi yang jadi masalahnya adalah dia tidak mampu menyatakan keinginannya untuk bisa meminta izin dari tempat kerjanya saat harus bolak balik ke kampus menyelesaikan tesisnya. Dia merasa gak enak hati kalau harus sering izin karena dia adalah pegawai baru di kantornya. Dia akhirnya dia kehilangan gelar S2 nya. Menyedihkan bukan? Dia tidak memiliki sikap asertif dalam dirinya.
Di lain kesempatan saya mengantri membeli makanan saat singgah sebentar di rest area jalan tol.. Namanya antri ya pasti panjang kan. Saat orang-orang sedang antri itu tiba-tiba ada perempuan menghampiri barisan. Jika dilihat dari penampilannya sekitar usia 30 an masih muda. Dia meminta orang di depan saya untuk mundur dan memberikan tempat padanya agar bisa menyelinap di antara barisan antrian tepat di depannya, alasannya karena kebelet ingin ke kamar mandi tapi anaknya sudah nangis-nangis tantrum ingin segera makan.
Orang di depan saya menjelaskan kepada sang ibu secara baik-baik bahwa ibu tidak bisa menyela seperti ini, Dia pun tidak enak hati pada para pengantri yang lain jika memberikan tempat kepadanya. Orang tersebut bilang padanya,”Ibu bisa memberikan pengertian pada anaknya untuk menunggu dan memberi penjelasan padanya. Saya lihat anaknya sudah ada di usia 4 atau 5 tahun, sudah cukup besar dan bisa diajak komunikasi.” Beruntung sang ibu paham dan dia mencoba menenangkan anaknya.
Dari dua cerita di atas terlihat sebuah fenomena sikap orang saat berada di situasi yang tidak nyaman, ada yang bisa bertindak tegas namun di situasi lainnya ada yang memiliki rasa tidak enakan sehingga merugikan dirinya sendiri.
Sebenarnya sikap apa sih yang harus dimiliki oleh seseorang saat menghadapi kedua situasi di atas? Yaa…jawabannya adalah sikap asertif.
Pengertian Assertif
Seorang ahli psikologi menyatakan bahwa perilaku asertif adalah kemampuan mengungkapkan perasaan, meminta apa yang seseorang inginkan dan mengatakan tidak untuk hal yang tidak mereka inginkan. Eugene C. Walker menguatkan bahwa perilaku asertif sebagai ungkapan emosi yang tepat terhadap orang lain. Jadi seseorang yang memiliki sikap asertif dia mampu menyampaikan apa yang ada pikirannya, apa yang dia inginkan dan mampu menolak sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan dan jalan pikirannya secara baik dan tidak menyakiti orang lain. Orang yang memiliki sikap asertif akan bersikap jujur , fair dan terbuka.
Ciri-Ciri Sikap Asertif
Ada beberapa ciri yang melekat pada diri seseorang yang memiliki sikap asertif. Menurut Fensterheim dan Baer seseorang dikatakan mempunyai sikap asertif apabila mempunyai dia mampu mengemukakan pikiran dan pendapatnya baik melalui perkataan atau perbuatan, mampu berkomunikasi secara langsung dan terbuka menyampaikan apa adanya, memiliki komunikasi yang baik dalam memulai, melanjutkan dan mengakhiri pembicaraan, tidak merasa ragu saat harus menolak dan menyampaikan ketidaksetujuan terhadap pendapat orang lain secara baik tanpa menyinggung, mampu meminta bantuan tanpa merasa canggung saat membutuhkannya, memiliki kemampuan menyampaikan apapun perasaannya dengan baik, menerima keterbatasan pada dirinya dan memiliki keinginan memperbaikinya serta memiliki pandangan aktif terhadap kehidupan.
Dalam buku sukses dengan sikap asertif karangan Intihaul Khiyaroh menyebutkan bahwa ciri-ciri asertif itu adalah menghormati hak-hak orang lain dan diri sendiri, berani mengungkapkan pendapat secara langsung, memiliki sikap jujur, memerhatikan situasi dan kondisi, bahasa tubuh yang baik dan mendukung komunikasi efektif,
Cara menumbuhkan Sikap Asertif
Sikap asertif bukan sebuah sikap yang otomatis menempel pada diri setiap individu. Sikap asertif bisa dimiliki dengan sebuah pembiasaan dan penumbuhan karakter sejak dini. Peran orang tua dan keluarga sangat besar dalam menumbuhkan sikap asertif ini bisa melekat dalam diri seorang individu.
Saya di usia sekarang pun masih suka merasa tidak enakan saat akan menyampaikan sesuatu. Hal ini menandakan sikap asertif dalam diri saya masih harus ditumbuhkan. Rasanya berat sekali menghilangkan sikap tidak enakan itu yaa, apalagi jika orang yang kita hadapi adalah orang terdekat, sampai sampai mengorbankan kepentingan diri. Jangan sampai kita memiliki perasaan tidak apa-apa tertindas asal orang lain tidak marah. Aduh rasanya tidak adil pada diri sendiri.
Ada beberapa cara menumbuhkan sikap asertif ini, seperti saya baca dalam salah satu bahan referensi bacaan dikutip dari buku The 7 Habits of Highly Effective People
Membiasakan diri berbicara dengan rasa percaya diri
Saat berkomunikasi dengan orang lain penting sekali menciptakan rasa percaya diri. Kepercayaan diri akan membangun image positif dan respon baik dari orang lain. Saat berbicara dengan rasa percaya diri orang lain akan cenderung menghormati pendapat yang kita sampaikan. Saat kita yakin dengan apa yang disampaikan maka orang lain pun akan meyakini apa yang kita sampaikan.
Saya pernah mengalami kejadian yang bersinggungan dengan hal ini. Saat itu saya ke jakarta dan supir yang membawa saya baru pertama kali bepergian ke ibukota. Ternyata kita memasuki jalur yang salah dan akhirnya ditilang polisi. Saya pun berusaha meyakinkan bapak polisi bahwa kami tidak sengaja melalui jalan ini karena memang belum paham kondisi jalan di Jakarta. Akhirnya bapak polisi menerima kondisi kami dan menjelaskan rute yang benar. Kami diminta putar balik dan menempuh jalan yang benar. Apakah kami ditilang ? Alhamdulillah iya…wkwkwkwk. Tapi keberhasilan kami adalah bapak polisi tidak marah malah memberi penjelasan yang sangat lengkap mengenai rute yang harus kami lalui. Coba bayangkan jika saat itu saya gugup atau marah-marah gak terima ditilang wah udah deh pasti diomelin balik bapak polisi.
Berusaha mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan jelas
Hindarilah pembicaraan yang berputar-putar dan tidak jelas ujung pangkalnya karena akan membuat orang lain bingung menangkap maksud pembicaraan. Ungkapkan pikiran dan perasaan dalam tindakan dan perkataan yang jelas. Sampaikan dengan menggunakan kalimat dan kata-kata yang mudah dimengerti. Jika dalam bentuk perbuatan tampilkan sikap gestur tubuh dan mimik wajah yang jelas seperti senyuman, anggukan atau menolak namun tetap dengan cara yang baik.
Jika sedang dalam perjalanan, suami saya terbiasa menggunakan bunyi klakson dan lampu mobil untuk menyampaikan ekspresi pikiran dan perasaan. Diantaranya tidak membunyikan klakson sembarangan. Nyalakan lampu sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. Jangan sampai menyalakan lampu sen kiri tapi ternyata belok kanan hehehe..itu tidak melatih sikap asertif.
Membiasakan diri memandang wajah orang yang diajak bicara
Nah ini niih penting juga dalam membangun sikap asertif. Memandang wajah orang lain yang sedang berbicara dengan kita itu penting lho. Orang lain akan merasa dihargai dan bagi kita yang melihat lawan bicara akan menambah kepercayaan diri. Komunikasi akan lebih cair dan menimbulkan rasa nyaman. Terbayang deh jika kita berbicara dengan orang lain yang saat berbicara matanya sibuk terus memandang HP pasti tidak enak kan.
Yuuk mari berlatih melihat wajah orang yang sedang berbicara dengan kita.
Membiasakan mengungkapkan pendapat kepada orang lain secara jujur dan terbuka
Naah ini adalah salah satu latihan untuk menghilangkan rasa tidak enakan niih. Mengungkapkan pendapat kepada orang lain secara apa adanya ini juga sekaligus bisa melatih sikap jujur. Kejujuran adalah kunci keberhasilan dalam komunikasi.
Melatih respon emosi dengan cara sehat agar terhindar dari sikap agresif dan defensif orang lain
Semua emosi yang dimiliki oleh individu memiliki labelnya masing-masing. Emosi dengan label marah, sedih, bahagia, gembira dan lain-lain itu semua adalah emosi yang dimiliki dan melekat dalam diri setiap individu. Agar memiliki sikap asertif kita perlu belajar memilih respon yang baik terhadap emosi yang muncul ke permukaan.
Sebagai orang yang hobi traveling, sering sekali saya menemukan orang yang menempatkan emosi dengan cara yang tidak sehat sehingga menimbulkan keributan.
Saat kemacetan melanda biasanya emosi para pengendara di jalanan sering tidak terkendali. Saya pernah melihat seorang pengendara motor yang menyalip dan mengambil jalan jalur sebelahnya sehingga menyebabkan jalan tersumbat. Dia di klaksonin oleh pengendara motor lainnya sambil berlalu dan apa yang terjadi ? Pengendara motor yang menyalip itu marah dan mengejar pengendara motor yang menegurnya tersebut. Entah apa yang terjadi selanjutnya apakah terjadi perkelahian? Entahlah karena saya pun kembali melanjutkan perjalanan sambil menikmati kemacetan.
Nah, perlu latihan agar bisa mengendalikan emosi di saat-saat seperti ini dan tentu tidak mudah harus sabar dan terus menerus diterapkan agar menjadi sebuah karakter baik.
Jadi mari kita bangun sikap asertif dalam kepribadian masing-masing dan jangan lupa ajari dan tanamkan sikap ini terhadap anak-anak kita sedini mungkin.
Sumber referensi bahan bacaan:
Budiyono, A. (1970). SIKAP ASERTIF DAN PERAN KELUARGA TERHADAP ANAK. KOMUNIKA Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 6(1). https://doi.org/10.24090/komunika.v6i1.344
Sari. (2017, March 8). Menumbuhkan perilaku asertif. MDI Tack Leadership Training & Pelatihan Karyawan. https://www.mditack.co.id/2017/03/09/menumbuhkan-perilaku-asertif/
Sukses dengan bersikap asertif (1st ed.). (2021). Psikologi Corner.
3 comments
Sikap ga enakan ini lebih sering merugikan kita daripada menguntungkan, oleh karena itu benar jika sebaiknya kita berlatih untuk bersikap asertif.
Hal terberat adalah bilang tidak disaat tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Sudah berani bilang tidak, eh overthinking, takut kesinggung
Saya banget ini, Mbak. Rasanya sulit sekali mengungkapkan apa yang ada dipikiran. Saya pun pernah di situasi disalip antrean. Saya hanya diam saja. Kebetulan di belakang saya tidak ada orang, jadi hanya saya yang dirugikan.