Lawang Suryakancana Ikon Kawasan Pecinan Bogor

Gerbang Lawang Kancana

Pekan kemarin saya mengunjungi kota Bogor. Kota yang terkenal dengan sebutan kota hujan ini termasuk salah satu daerah penyangga ibukota. Bogor dengan segala potensi yang ada di dalamnya memang sungguh menarik untuk dikunjungi. Berbagai macam destinasi wisata ada disini. Kebetulan saya berada di Bogor dalam rangka dinas luar dan hotel tempat menginap berada tepat di depan Kebun Raya Bogor tepatnya di Jalan Ir. H.Djuanda. 

sumber gambar: google maps

Di saat waktu senggang saya menyempatkan diri untuk sekedar berjalan kaki di sekitar  hotel. Berjalan ke arah jalan Otto Iskandardinata saya melewati sebuah pintu gerbang khas gaya Tionghoa. Gerbang tersebut bernama Lawang Suryakancana. Lawang Suryakancana ini terletak di Jalan Suryakencana. Lawang Suryakancana ada di sebelah kiri jalan jika dari arah Bogor Trade Mall (BTM).

Sejarah Lawang Suryakancana

Lawang Suryakancana memiliki arti pintu gerbang menuju matahari. Bisa juga diartikan sebagai gerbang menuju kemakmuran dan kebahagiaan.  Ini adalah sebuah gapura yang menjadi tanda pintu masuk menuju kawasan pecinan Bogor. Kawasan yang kaya akan sejarah, budaya dan kuliner khas Tionghoa. Tempat ini diresmikan  pada tahun 2016 dan merupakan bagian dari proyek revitalisasi kawasan Pecinan Bogor. Kawasan Pecinan ini disebut juga sebagai Kampung Tionghoa.

Lawang Suryakancana tidak bisa dilepaskan dari kisah pembangunan Jalan Pos yang membentang dari Anyer hingga Panarukan dan diprakarsai oleh Gubernur Jendral Herman Willem Daendels. Jalan yang dibangun oleh Daendels tersebut menjadi cikal bakal keberadaan Jalan Suryakencana. Di jalan inilah lawang Suryakancana berdiri kokoh dengan indahnya. 

Jalan Suryakencana merupakan salah satu pusat pemukiman etnis Tionghoa di wilayah Bogor.  Tahun 1970 terjadi perpindahan besar-besaran orang Tionghoa ke wilayah Suryakencana yang dipicu oleh beberapa kejadian penting diantaranya adalah kebijakan pemerintah orde baru dan dikemudian hari adanya kerusuhan Mei 1998 juga ikut berpengaruh pada eksodusnya warga Tionghoa ke wilayah ini. 

Dalam perkembangannya kawasan Suryakencana ini menjadi pusat budaya Tionghoa di Bogor dan masih dilestarikan hingga saat ini.

Makna Di Balik Kata Lawang Suryakancana

Gapura indah  bergaya arsitektur khas tionghoa ini memiliki makna dan arti yang dalam. Kata Lawang memiliki arti gerbang. Gerbang disini melambangkan sebagai pembuka jalan menuju peluang dan kesempatan bagi masyarakat Tionghoa. Simbol harapan untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan.

Lawang atau gerbang bagi masyarakat Tionghoa juga memiliki arti sebuah sambutan. Masyarakat Tionghoa memiliki sebuah keyakinan bahwa menghormati tamu adalah salah satu nilai budaya yang harus dipegang teguh dalam hidup. 

Surya  memiliki arti matahari. Bagi mereka matahari adalah sumber kehidupan dan energi. Matahari adalah lambang kemakmuran dan kesuburan sehingga dalam kata surya ini terkandung sebuah harapan semoga menjadi sumber keberuntungan dan kemajuan bagi warga Pecinan Bogor

Kencana adalah emas. Emas melambangkan kemewahan, kemakmuran dan keberuntungan. Emas memiliki makna spiritual yang dalam.  Emas juga menjadi simbol kekuatan dan ketahanan dalam menghadapi berbagai tantangan, ujian dan rintangan hidup. 

Keunikan Gerbang Lawang Suryakancana

Gerbang Lawang Suryakancana menurut saya bagus dan unik. Ada percampuran budaya sunda dan tionghoa dalam desain gerbangnya. Simbol kujang yang dipasang di atas atap gerbang memberikan sebuah penghormatan pada budaya sunda. Kawasan pecinan ini ada di wilayah Bogor yang merupakan daerah kerajaan sunda yaitu Kerajaan Padjadjaran.

Gerbang lawang suryakancana
sumber gambar: koleksi pribadi

Di sisi kanan dan kiri gerbang ada dua patung macan dengan warna yang berbeda. Perbedaan warna tersebut saya sadari setelah melihat sekeliling gerbang. Saya pun agak sedikit heran sih biasanya kan kalau Tionghoa itu identik dengan singa yaa tapi di gerbang ini adanya patung macan bukan patung singa. Ternyata patung macan adalah simbol kerajaan Padjadjaran. Macan putih menggambarkan seorang raja yang dihormati yaitu Raja Padjadjaran Prabu Siliwangi. Sedangkan macan warna hitam adalah pengejawantahan filosofi masyarakat Tionghoa yaitu konsep yin dan yang yaitu konsep keseimbangan dalam kehidupan.

Tulisan di gerbang tersebut adalah sebagai berikut:

Lawang Suryakancana

Kampung Tengah- Buitenzorg

Dayeuh Bogor.

Perpaduan bahasa Sunda dan Belanda menyatu di dalam kalimat-kalimat yang tertera di gerbang depan. Buitenzorg adalah bahasa Belanda artinya Bogor. Dayeuh berasal dari Bahasa Sunda artinya kota. Sedangkan Kampung Tengah adalah salah satu wilayah yang ada di kota Bogor. 

Simbol hiasan Tionghoa berupa lampion-lampion berwarna merah turut menghiasi bagian bawah gerbang. Berjejer dengan indahnya dari ujung hingga ke ujung satunya.  Warnanya senada dengan warna tembok gerbang yang juga berwarna merah menyala. Lampion bagi masyarakat Tionghoa merupakan ciri khas kebudayaan mereka. Lampion adalah simbol harapan, kemakmuran dan kesejahteraan.

Atap gerbang Lawang Suryakancana sendiri bergaya arsitektur Tionghoa yang memberi penekanan pada artikulasi dan simetri dan memiliki makna keseimbangan. Bagian ujung atap melengkung ke atas. Atapnya berwarna merah senada dengan tembok gerbangnya. Gerbang Lawang Suryakancana ini adalah perpaduan tiga budaya yaitu Sunda, kolonial Belanda dan Tionghoa. 

Setelah puas melihat keunikan gerbang Lawang Suryakancana ini saya pun kembali berjalan memasuki area Jalan Suryakencana. Sambil menikmati sore yang cerah saya menelusuri sepanjang jalan Suryakencana ini. Tidak jauh dari gerbang ada sebuah vihara tepatnya di sebelah kiri dari pintu masuk gerbang. Vihara ini dikenal dengan sebutan Vihara Dhanagun atau Klenteng Hok Tek Bio. Vihara ini menjadi salah satu tempat hits di wilayah pecinan Bogor ini. Sayang sekali saya tidak sempat masuk ke dalamnya hanya melihat dari luar saja. 

sumber foto: https://garvingoei.com/ada-altar-mbah-suryakencana-dan-eyang-bogor-kunjungan-ke-vihara-dhanagun-bogor/

Tidak jauh dari sana ada sebuah bangunan plaza yaitu Plaza Bogor namun jika saya melihat penampakannya seperti kurang terawat dan sudah tidak berfungsi lagi. Saya melihat Plaza Bogor ini pintu masuknya tertutup dan dikunci. Bangunannya nampak kumuh. Setelah saya mencari tahu ternyata memang bangunan ini sedang menunggu proses revitalisasi jadi memang sudah dikosongkan.

sumber gambar: koleksi pribadi

Sepanjang jalan Suryakencana banyak bangunan-bangunan tua yang difungsikan sebagai pusat pertokoan. Di sisi jalan ada juga terdapat pasar yang menjajakan berbagai macam kebutuhan makanan seperti sayur dan buah.

sumber gambar: koleksi pribadi
sumber gambar: koleksi pribadi

Trotoar sepanjang jalan ini cukup lebar dan leluasa bagi pejalan kaki untuk melewatinya. Tidak terasa setelah beberapa lama saya menyusuri jalan ini hingga ke ujung akhirnya balik kanan deh untuk kembali ke hotel tempat saya menginap lagi. 

Bogor tunggu saya kembali yaa….

 

Bahan referensi artikel : 

https://kotabogor.go.id/index.php/show_post/detail/2870

e-Proceeding of Art & Design : Vol.6, No.2 Agustus 2019 | Page 1081

https://www.kompas.com/stori/read/2023/01/20/170000479/sejarah-lampion-membawa-banyak-pesan-budaya

https://www.arsitag.com/article/arsitektur-tradisional-cina

Sumber foto unggulan:

lawang-surya-kencana-bogor-lawang-surya-kencana-bogor-222738840.jpg (800×450) (dreamstime.com)

Kunjungan pribadi

0 Shares:
2 comments
  1. Seriiiing banget ke sini tiap kali main ke Bogor, tp baru skr jadi paham arti dari simbol gapuranya. Ga merhatiin dari dulu mba 😅. Jd tahu Buitenzorg itu bhs Belanda yg artinya bogor. Yg aku inget dari surken cuma pusat kulinernya yg memang buanyaaak bgt itu 😍. Ga pernah bosen sih ke area sini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like