Berkunjung ke kota Yogyakarta rasanya belum lengkap jika kita tidak jalan-jalan ke Malioboro. Sekedar mampir dan menyusuri Kawasan Malioboro memang tak boleh dilewatkan dari jadwal traveling saat berada di kota Yogya. Jalan ini sangat terkenal dan merupakan ikon kota Yogya. Jalan Malioboro adalah salah satu jalan yang ada dalam garis lurus antara tugu Yogyakarta hingga perempatan kantor POS besar kota Yogya atau yang sering kita sebut dengan titik nol Yogyakarta. Selain Malioboro di lurusan sepanjang jalan tersebut ada pula jalan Ahmad Yani dan jalan Pangeran Mangkubumi.
Dari jurnal lembaran sejarah volume 14 no 2 tahun 2018 yang saya baca malioboro kemungkinan besar berasal dari kata maliabara. Maliabara ditemukan dalam naskah yang ditemukan di Yogyakarta pada pertengahan abad ke 18. Jalan Malioboro yang membentang lurus dari utara ke selatan merupakan bagian integral dari tata ruang kota Yogyakarta. Konsep catur gatra dimana ada empat elemen penting ada di sepanjang jalan Malioboro yaitu politik (keraton Yogya), agama (masjid Gedhe), ekonomi (pasar beringharjo) dan sosial (alun-alun).
Malioboro terbentang dari tugu Yogya hingga ke titik nol kilometer. Mulai dari jalan P. Mangkubumi, jalan Malioboro dan berakhir di jalan Ahmad Yani tepat di titik nol. Saya menyusuri jalan sepanjang Malioboro, mulai dari perempatan jalan dekat Hotel Neo Malioboro tempat kami menginap. Itu adalah titik awal jalan Malioboro. Saya berjalan ke arah perempatan kantor POS besar. Jika melihat google maps, jalan Malioboro itu hanya sampai di perempatan setelah rumah hantu Malioboro. Setelah melewati perempatan tersebut sudah berganti ke jalan Ahmad Yani. Jadi dari ujung jalan dimana saya mulai berjalan itu melewati dua jalan yaitu jalan Malioboro dan jalan Ahmad Yani.
Jarak antara tugu Yogya hingga titik nol kilometer sekitar 4 kilometer. Namun menyusuri jalan sepanjang itu tidak akan terasa cape karena banyak yang bisa kita temui disana. Trotoar yang lebar dengan hiasan batu-batu bulat yang ditempatkan di sepanjang sisinya memberi nilai estetika tersendiri. Ada pula kursi-kursi yang ditempatkan di sepanjang trotoar jalan. Pohon rindang banyak ditemukan di sepanjang jalan Kawasan Malioboro. Jalan ini memang benar-benar memberi kesan yang mendalam bagi siapapun yang melewatinya.
Di tugu Yogya pagi hari ada makanan jajan pasar yang bisa dibeli di pinggir jalan. Bergeser ke arah titik nol di sepanjang jalan banyak toko-toko berdiri. Toko tersebut rata-rata menjajakan oleh-oleh khas Yogya mulai dari kain batik hingga makanan khas Yogya seperti bakpia dan lain-lain. Di sepanjang jalan kawasan Malioboro banyak andong dan becak yang bisa kita tumpangi untuk berkeliling Malioboro atau bahkan berkeliling kota Yogya. Jangan lupa sebelum menaikinya pastikan sudah deal menawar harga dengan pengemudi. Saya sendiri mampir ke butik Hamzah untuk berbelanja baju batik disana.
Jika jalan-jalan ke Malioboro jangan lupa berfoto di Kawasan titik nol yaa atau pas di perempatan tugu Yogya. Sepanjang jalan Malioboro juga bisa jadi spot yang bagus buat kita mengambil foto. Banyak spot foto menarik pastinya. Saat berada di Kawasan titik nol kilometer saya melihat ada beberapa fotografer yang menawarkan jasa foto sambil mengarahkan gaya berfotonya. Beberapa anak remaja saya lihat menyewa jasa fotonya. Mereka diarahkan untuk melakukan beberapa gaya saat diambil fotonya. Persis seperti foto model yang sedang bergaya pada sesi pemotretan. Buat saya itu pemandangan menarik untuk dilihat.
Musisi jalanan alias pengamen menggelar konser music di pinggir jalan Malioboro. Suaranya bagus dan main musiknya pun keren. Tak heran dalam lagu Yogyakarta yang dibawakan oleh KLA Project ada membawa kata musisi jalanan disana karena memang di Yogya ada banyak musisi jalanan. Orang-orang banyak berhenti untuk sekedar melihat penampilan mereka. Malioboro kawasan yang yang tidak pernah mati. Makin malam semakin ramai.
Ada satu tempat yang bisa menjadi rekomendasi untuk dikunjungi jalan-jalan ke Malioboro ini yaitu teras Malioboro. Teras Malioboro adalah tempat relokasi para pedagang kaki lima yang dulu berjualan di sepanjang trotoar jalan. Dengan dibangunnya teras Malioboro ini tidak ada lagi pedangan yang berjualan di tepi jalan. Sehingga dengan terpusatnya para pedagang jalanan tersebut disana Kawasan Malioboro menjadi makin rapi dan bersih. Pengunjung semakin nyaman dan betah menyusuri Malioboro.
So…selamat berjalan-jalan di Kawasan Malioboro yaa…
21 comments
Kalau bicara Yogyakarta memang belum lengkap rasanya kalau belum ke Malioboro ya, teh. Yogya selalu ngangenin dengan segala kearifan lokalnya. Mudah-mudahan bisa jalan-jalan lagi ke sana
yuu main lagi ke Yogya
Kawasan Malioboro sekarang makin estetik ya Kak. Aku pun tergoda banget pengen main kesana lagi kalau lihat foto-foto cantik gini. Baru sadar ke titik nol itu jauh juga rupanya, tapi bener lho nggak terasa jauh kayaknya pas jalan-jalan itu.
iya karena jalannya ramai dan banyak yang bisa dilihat jadi gak kerasa jauh
Rasanya kaya belum ke Jogja kalau ngga mampir ke Malioboro ya. Apalagi foto di titik nol. Entahlah, bagiku juga Jogja selalu mempunyai magis yang menarik kita agar selalu kembali. Kapan yah bisa ke sana lagi? Huhuu.
LIburan mba main ke Yogya lagii
Jalan paling terkenal di Yogyakarta. Sayangnya kenangan saya di Malioboro ngga pernah bagus. Mulai dari ngga bisa nawar, makan yang ngga enak, tempat makan ngga nyaman, dan lainnya. Saya perlu baca ulasan dulu sebelum melancong ke sana lagi suatu hari nanti.
Semoga nanti berjodoh ya mbaa…jadinya perjalanan menyenangkan
Asikmya kalau ke Malioboro itu, pas menikmati kuliner malam. Bikin aktivitas jakan-jalan makin berkesan. Ulasan ini, membuat saya rindu kembali main ke Jogja mbak
Yuu main lagi ke Yogya
Aku sebagai orang Samarinda, baru dua kali ke Malioboro. Pertama pas masih di pesantren, yang kedua tahun lalu. Kalau yang pertama, waktu itu ke sana pas siang, untuk membeli batik. Jadi, yang kuingat cuma macetnya aja. Kalau yang kedua, waktu itu aku sama istri dan anak ke Malioboro habis rapat di Bali, singgah ke Jogja untuk membeli oleh-oleh. Waktu itu datang ke Malioboro sekitar habis Isya sampai tengah malam. Asli eh, masih ramai. Dan memang sangat berkesan banget suasananya. Khas gitu. Sampai sekarang masih terkenang.
jalan yang tidak ada matinya ya Bang Zen
Hal yang selalu ditunggu-tunggu kalau pas main ke Jogja..kangen banget berkunjung lagi ke Malioboro..
Memang entah ada mantra apa ya di Jogja. Jogja selalu jadi istimewa dan kurang lengkap kalau nggak mampir ke Malioboro ya Kak. Tiap kali kesana, selalu aja nyempetin ke Malioboro 😀
pantesan yaa mba banyak tercipta lagu tentang Yogya. memang yogya itu istimewa
jadi kangen jogja, udah lama banget gak main-main kesana huhu.. katanya jalan malioboro sudah semakin rapi dan estetik ya 🙂
iya mba..skrg direlokasi di satu tempat yg jualannya jadi rapi sepanjang jalanan Malioboro
Duh, aku jadi kangen menyusuri Malioboro. Sudah lebih 5 tahun tak menginjakkan kaki di Jogja. Semoga tahun depan ada waktu untuk ke sana lagi.
ayoo ke Yogya lagi mba
lima tahun sudah saya tidak kembali ke Yogyakarta. Rasanya kangen banget bisa berlibur ke Yogya, terlebih setelah membaca artikel dari mbak Heni. Malioboro merupakan tempat nongkrong paling asyik deh
betul mba gak pernah bosen mengunjungi Malioboro