Dalam sebuah ruangan nampak beberapa anak berkumpul sambil menghadapi sebuah kain. Mereka sedang membuat batik motif Bantengan. Seorang perempuan muda, nampak antusias memperhatikan dan mengarahkan mereka bagaimana membuat batik dengan baik dan benar.
Perempuan penuh semangat ini adalah Anjani Sekar Arum, seorang perempuan penuh talenta pemilik Anjani Batik Galeri. Anak-anak pembuat batik ini juga adalah murid-muridnya di Sanggar Batik Andhaka. Sebuah sanggar yang dikelola oleh Anjani untuk memberikan pendidikan dan pelatihan membatik kepada anak-anak.
Di tangan Anjani, tradisi kesenian Bantengan menjadi lebih tersebar luas di masyarakat. Melalui produk seni kain batik, Sekar Arum menghidupkan motif batik Bantengan. Revitalisasi budaya pada tradisi Bantengan yang dibungkus dalam media baru yaitu batik tulis, sehingga tradisi tetap hidup. Di tangan Anjani Batik Bantengan adalah simbol keberlanjutan identitas budaya yang hampir punah.
Lewat Batik motif Bantengan, Anjani menenun kembali identitas Batu: tradisi terjaga, anak-anak terampil, ekonomi lokal bergerak.
Revitalisasi Budaya Pada Tradisi Bantengan
Sekar Arum Anjani melestarikan budaya dan tradisi Bantengan dalam bentuk lain. Dia berhasil mewariskan tradisi seni Bantengan ke generasi selanjutnya melalui revitalisasi budaya. Revitalisasi sendiri menurut Soedarsono (2010:2) dalam dokumen eprints.uny.ac.id adalah usaha untuk mem “vital’’ kan atau menghidupkan kembali sesuatu yang eksistensinya masih berarti, kemudian eksistensi tersebut perlu dijaga dan dikembangkan.
Penghidupan kembali budaya adalah salah satu cara agar sebuah tradisi tetap langgeng terlestarikan di masyarakat. Sekar Arum Anjani, dia menghidupkan tradisi Bantengan melalui goresan-goresan motif batik buatannya. Batik Bantengan bagi Anjani adalah sebuah simbol keberlanjutan identitas budaya.
Tradisi Bantengan Hampir Punah
Tradisi Bantengan adalah sebuah tradisi budaya lokal masyarakat Jawa Timur khususnya daerah Malang. Dikembangkan oleh para pesilat disana. Tradisi Bantengan merupakan simbol keberanian dan kebaikan bagi manusia. Seperti dikutip dari harian Radar Malang, ternyata seni Bantengan sudah hadir dari sejak zaman kerajaan Singhasari.
Seni Bantengan adalah pertunjukan atraksi hewan banteng yang diperankan oleh dua orang yang menggunakan satu baju banteng. Mereka memerankan kepala dan ekor. Dalam setiap pertunjukan Bantengan ada dua banteng beradu. Keunikannya adalah saat pemain bantengan mengalami kesurupan dan para pemainnya kebal meski dipecut namun tidak menimbulkan luka apapun di tubuhnya.
Sayangnya, tradisi Bantengan saat ini terancam punah, seperti dilansir dari ikoneksi.com, Dalam diskusi kebudayaan yang berlangsung di Balai Diklat Claket, Kecamatan Pacet, Rabu (11/6/2025), Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Mojokerto, Elia Joko Sambodo, menyuarakan keprihatinannya terhadap kondisi kesenian Bantengan.
Tradisi Seni bantengan masyarakat Batu yang hamipr punah. sumber foto: iKoneksi. (2023, Juli 5). Bantengan Mojokerto: Warisan mistis yang terancam punah. iKoneksi. https://ikoneksi.com/bantengan-mojokerto-warisan-mistis-yang-terancam-punah/
Keputusannya untuk menekuni batik Bantengan ini, seperti dituturkan di website swa adalah berawal dari keprihatinannya terhadap tradisi Bantengan yang semakin terpinggirkan, ditambah lagi kenyataan di masyarakat yang ternyata di daerahnya masih kekurangan seni batik khas lokal Malang.
Dari kenyataan tersebut, Anjani mantap membuka galeri dan sanggar batik untuk melestarikan seni tradisional Bantengan. Darah seni yang menurun dari ayah dan ibunya semakin memberi jalan padanya untuk membuat dan merancang motif batik Bantengan.
Kiprah Anjani Sekar Arum Pada Tradisi Bantengan Melalui Batik
Anjani telah banyak berkiprah dalam upaya melestarikan tradisi seni Bantengan melalui media batik yang sangat dicintainya. Sejak lulus kuliah Anjani fokus mengembangkan batik dengan motif Bantengan.
Anjani Sekar Arum dan Kecintaannya pada Batik
Anjani Sekar Arum benar-benar jatuh cinta kepada batik. Berdasar rasa keprihatinannya terhadap rendahnya minat masyarakat terhadap tradisi seni Bantengan, Anjani memutar otak dan idenya untuk membangkitkan lagi seni Bantengan.
Di wilayah Batu , seni Bantengan itu ada dan berkembang di Desa Bumiaji. Desanya Anjani Sekar Arum. Budaya tradisi Bantengan begitu melekat pada diri Anjani sebab sang ayah adalah pendiri kelompok budaya Bantengan Nuswantara di Kota Batu.
Maka tidak heran Anjani begitu ingin mengharumkan kembali seni Bantengan agar kembali dikenal di masyarakat. Anjani mengenyam pendidikan di Universitas Negeri Malang jurusan Seni dan Desain, dia begitu ingin melestarikan dan memperkenalkan seni Bantengan kepada para dosen dan teman-temannya. Dalam setiap tugas kuliah Anjani rajin memasukkan informasi tentang Bantengan. Skripsinya pun membahas tentang batik.
Selepas kuliah , Anjani sebenarnya ditawari untuk menjadi dosen di kampus almamaternya. Namun, Anjani lebih memilih fokus mengembangkan seni batik. bahkan Anjani rela merogoh kocek uang sendiri sampai jutaan rupiah untuk menimba ilmu batik kepada para pengrajin batik di kota Jogja dan Solo.
Di dua kota tersebut, Anjani, belajar teknik pewarnaan batik. Semua itu Anjani lakukan untuk lebih mengembangkan kemampuan seni membatik yang dimilikinya.
Setelah menyelesaikan studi S1 nya, Anjani memutuskan untuk membuat Sanggar Batik Tulis Andhaka dan Galeri Batik di Kota Batu. Tahun 2018 , Anjani memindahkan galeri dan sanggar batiknya ke Desa Bumiaji. Yaa, batik Bantengan telah kembali ke tempat asalnya.
Batik motif Bantengan telah menambah kekayaan budaya khas Desa Bumiaji yang selama ini terkenal dengan produksi apel Malang namun belum memiliki objek wisata seni. Maka, dengan adanya sanggar batik tulis dan galeri batik menjadikan Desa Bumiaji memiliki objek wisata seni yaitu wisata batik motif Bantengan.
Meluaskan Budaya Bantengan Melalui Batik
Begitu banyak aktivitas Anjani dalam meluaskan budaya seni Bantengan melalui motif batik Bantengan. Anjani memproduksi dan memasarkan batik Bantengan secara mandiri. Memulai produksi batik sejak tahun 2010 dan memulai memasarkan karyanya pada tahun 2014, Anjani terus melangkah pasti memperkenalkan batik motif Bantengan kepada seluruh lapisan masyarakat.
Tanggal 29 Agustus 2014 menjadi titik tonggak perjalanan motif batik Bantengan saat Anjani mengadakan pameran solo tunggalnya di Galeri Raos dan sukses besar. Saat pelaksanaan pameran ini, batiknya ludes terjual dan menarik perhatian Walikota Batu saat itu yaitu Dewanti Rumpoko.
Dua bulan setelah pameran perdananya, Anjani didaulat untuk mengikuti pameran di luar negeri yaitu di Praha, kemudian berturut-turut ke Taiwan dan India. Tak bisa terlukiskan kebahagiaan Anjani saat itu saat memiliki kesempatan untuk meluaskan seni budaya Bantengan melalui motif batik Bantengan yang dibuatnya.
Anjani membangun sebuah galeri batik yang diberi nama “Anjani Batik Galeri | Batik Banteng Agung” beralamat di Jl. Nangka RT.02/RW.10, Dusun Binangun, Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, Batu (city) 65331. Dengan tagline “Melestarikan Budaya, Meregenerasi Pewaris Budaya” Anjani bulat hati melestarikan tradisi seni Bantengan dengan revitalisasi budaya yang dilakukannya melalui cara berbeda yaitu seni batik.

Anjani sukses menghidupkan kembali seni Bantengan ke dalam bentuk lain. Seni Bantengan yang bermetamorfosis dalam bentuk batik. Anjani memasukkan motif banteng ke dalam desain batik yang dibuatnya. Berkat motif Bantengan pada karya Batik Anjani, budaya ini mampu terjaga dengan baik dan lestari. Anjani mentransmisi tradisi Seni Bantengan dengan cara lain yaitu memasukkannya dalam motif batik karyanya.
Mendidik Anak-Anak Pandai Membatik Untuk Kesejahteraan
Ternyata Anjani tidak hanya fokus pada produksi dan pemasaran batik, melalui Sanggar Batik Andhaka Anjani melatih para generasi muda membatik agar mereka mahir membuat batik. Dalam sebuah wawancara dengan majalah SWA, Anjani menyatakan bahwa,
“Saya lebih memilih anak-anak, karena ide mereka lebih kaya dan ekspresif. Selain itu mengapa anak dengan ekonomi lemah? karena saya memiliki cita-cita untuk meratakan kesejahteraan masyarakat Kota Batu.”
Anjani, memberi pelatihan pada anak-anak dan remaja di Desa Bumiaji di Sanggar Batik Andhaka miliknya. Bagi Anjani anak-anak itu memiliki ide yang lebih kaya, ekspresif dan lebih sabar. Anjani ingin kesejahteraan masyarakat Kota Batu lebih merata lagi.

Tahun 2017, Anjani ingin meluaskan batik Bantengan ke seluruh anak-anak di sekolah dengan menggandeng Dinas Pendidikan Kota Batu. Dalam kolaborasi tersebut, Batik Bantengan hadir di kegiatan ekstrakurikuler anak-anak sekolah. Hingga tahun 2018 menurut data dari SWA sudah ada 36 pembatik cilik menjadi tutor di sekolah-sekolah dan ada dua ratus murid belajar membatik di sanggar.
Dari batik yang dibuatnya, rata-rata anak-anak mampu menghasilkan pendapatan Rp.300.000. Sebuah angka yang tidak bisa dibilang biasa saja untuk anak seumuran usia SD. Ini sungguh merupakan pencapaian luar biasa.
Jadi, saat anak-anak membuat batik dan berhasil terjual, maka 90% dari total harga masuk ke anak-anak sementara yang 10% digunakan untuk gaji, pajak, kemasan dan kas sanggar.
Hingga saat ini produk batik motif Bantengan Anjani hanya dipasarkan secara offline saja. Anjani memiliki kekhawatiran desain motif Bantengan karyanya dan anak-anak sanggar diduplikat oleh pihak tidak bertanggung jawab jika dipasarkan melalui jalur online.
Mungkin ke depan, Anjani bisa membuat beberapa langkah mitigasi seperti watermark katalog, unggah detail terbatas dan mendaftarkan hak paten seluruh desain karyanya. Hingga saat ini, seperti penuturannya pada jatim.viva.co.id baru ada 3 karya yang memiliki hak paten.
Dampak Nyata Batik Bantengan Bagi Masyarakat
Keberadaan batik motif Bantengan melalui ide dan kreatifitas serta kerja keras Anjani, ternyata memiliki dampak nyata di masyarakat. Revitalisasi budaya tradisi seni Bantengan yang dilakukan Anjani berhasil memberi warna di kehidupan masyarakat Desa Bumiaji dan masyarakat Kota Batu pada umumnya.

Melestarikan Budaya Lokal
Anjani berhasil melestarikan budaya lokal yaitu tradisi Seni Bantengan yang diadaptasi pada motif batik Bantengan ciptaannya. Warisan nenek moyang dan simbol identitas Kota Batu berhasil Anjani pertahankan dalam sebuah karya inovatif motif batik Bantengan. Bagi Anjani, Bantengan adalah warisan budaya penting. Seperti yang dituturkannya pada wartawan Good News From Indonesia saat diwawancara.
“Bantengan itu merupakan warisan nenek moyang kita, dan kita memiliki kewajiban untuk melestarikannya. Kita tidak boleh membiarkan budaya ini terpinggirkan, terutama karena kita adalah penjaga budaya.”
Batik Bantengan Sebagai Sarana Pemberdayaan Ekonomi
Dengan produksi batik motif Bantengan, Anjani berhasil memberdayakan ekonomi masyarakat Desa Bumiaji. Melalui tangan-tangan sabar dan telaten anak-anak binaan di sanggar batiknya, mampu memberdayakan mereka sehingga memiliki keterampilan dan tambahan penghasilan.
Seperti dilansir dari majalah SWA, hingga tahun 2018 sanggar batik binaan Anjani mampu menghasilkan 200 lembar batik dengan omzet hampir Rp.40.000.000. Jumlah siswanya sendiri mencapai 200 anak dengan 36 diantaranya adalah pembatik aktif.
Anjani mengajarkan kepada anak-anak bagaimana berkarya dan mengelola pendapatan mereka dengan mengajarkan anak-anak menabung dari uang hasil penjualan batik.
Wisata Edukasi Desa Bumiaji
Dengan kehadiran Sanggar batik Andhaka dan Galeri Batik miliknya, menjadikan Desa Bumiaji memiliki potensi wisata baru yang sebelumnya tidak mereka miliki, yaitu potensi wisata seni batik. Bagi Anjani, produksi batik motif Bantengan bukan hanya sekadar mengejar keuntungan materi namun juga harus memberi dampak kebermanfaatan bagi masyarakat sekitar.
Hingga tahun 2024 keberadaan batik motif Bantengan sudah merambah luas bukan hanya sekadar di sanggar dan galeri batik Anjani saja. Saat ini Anjani sudah menjajaki kolaborasi bersama para desainer kenamaan di Kota Malang. Seperti dituturkannya pada jatim.viva.co.id Bahwa langkah kolaborasi ini memiliki tujuan untuk menjadikan produk Batik Bantengan sebagai produk yang memang bisa dipasarkan di seluruh dunia dengan berupa produk jadi yang siap pakai.
Selain itu, produk batik Anjani sudah mengalami metamorfosis bukan hanya produk lembaran batik, akan tetapi batik motif Bantengan sudah bermetamorfosis menjadi berbagai produk seperti pada tas, kipas, sepatu, baju, selendang dan berbagai produk lainnya.
Bagi Anjani, ada yang lebih penting dari sekadar uang, yaitu memberikan kebahagiaan bagi masyarakat melalui seni batik. Pandangan Anjani memberi inspirasi bagi banyak generasi muda bahwa batik motif Bantengan adalah wadah pelestarian budaya dan pemberdayaan sosial. Batik motif Bantengan adalah sebuah revitalisasi budaya dalam rangka melestarikan tradisi Seni Bantengan.
Batik Bantengan: Simbol Keberlanjutan Identitas Budaya
Melalui proses revitalisasi budaya yang dilakukannya memperlihatkan bahwa Anjani telah berhasil melakukan pelestarian budaya . Dengan membuat batik Bantengan Anjani membuktikan bahwa tradisi Seni Bantengan bisa dilestarikan dalam bentuk lain yaitu dengan memasukkan unsur banteng dalam motif batiknya. Batik Bantengan adalah simbol keberlanjutan identitas budaya masyarakat Kota Batu khususnya Desa Bumiaji.
Dengan proses revitalisasi budaya, Anjani memindahkan media sosialisasi tradisi Seni Bantengan dari pertunjukkan ke seni batik, Anjani telah melestarikan seni Bantengan hingga bisa dikenal luas ke luar negeri.
Galeri Batik Anjani sudah membuktikan bahwa dengan pembinaan secara rutin dan serius melalui sanggar batiknya ada kenaikan jumlah pembatik cilik dari mulai nol saat mulai berdiri hingga mencapai 36 pembatik cilik di tahun 2018 dan diharapkan akan terus bertambah dari waktu ke waktu.
Selain itu diharapkan juga agar perlindungan desain batik motif Bantengan akan mendapat perhatian lebih serius lagi agar memiliki hak paten atas seluruh karyanya sehingga ada rasa aman dan berdampak pada peningkatan produksi kain batik dan produk turunannya.
Dengan bertambahnya produksi batik maka akan semakin meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Desa Bumiaji dan masyarakat Kota Batu pada umumnya.

Melalui proses penghidupan kembali budaya seni tradisi Bantengan, bukan hanya tradisi budaya warisan nenek moyang yang bisa dipertahankan keberadaannya akan tetapi juga memberi dampak nyata pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Dedikasinya dalam melestarikan budaya dan berwirausaha motif batik Bantengan telah mengantarkan Anjani menerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 di bidang kewirausahaan yang diselenggarakan oleh ASTRA. #APAxKBN2025
Referensi bahan bacaan artikel:
Abbas, I. (2023, September 14). Batik Bantengan, Lestarikan Kebudayaan-Gerakkan Kesejahteraan. VIVA. https://jatim.viva.co.id/cangkrukan/7136-batik-bantengan-lestarikan-kebudayaan-gerakkan-kesejahteraan?page=all
Dian. (2023, September 23). Anjani Sekar Arum: Mempersembahkan Motif Batik Bantengan di Sanggar dan Galeri Batik Andaka di Kota Batu,. Travel Galau. https://travelgalau.com/anjani-sekar-arum-batik-bantengan-batu-malang/
Dian. (2024, October 29). Bantengan Batik: More than just fabric, a living legacy – Travel Galau. Travel Galau. https://travelgalau.com/bantengan-batik-more-than-just-fabric-a-living-legacy
https://eprints.uny.ac.id/66495/3/BAB%20II.pdf
iKoneksidotcom, & iKoneksidotcom. (2025, June 15). Bantengan Mojokerto, Warisan Mistis yang Terancam Punah → ikoneksi. ikoneksi → Koneksi Informasi Pikiran Merdeka. https://ikoneksi.com/bantengan-mojokerto-warisan-mistis-yang-terancam-punah/
Name, Y. (n.d.). BANTENGAN DI TANGAN ANJANI, SEBUAH JANJI UNTUK INDONESIA KINI DAN NANTI. Witaksara. https://www.witaksara.com/2023/10/bantengan-di-tangan-anjani-sebuah-janji.html
PLS B8 UNIVERSITAS NEGERI MALANG. (2020, April 10). BATIK TULIS BANTENGAN SEBAGAI IKON DESA BUMIAJI KOTA BATU | Kelompok 4 #PSBM [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=BTPxiPMn_zU
Radar Malang. (2021, November 20). Mengupas sejarah kesenian Bantengan, ternyata sudah eksis sejak zaman Kerajaan Singhasari. JawaPos.com. https://radarmalang.jawapos.com/malang-raya/814653858/mengupas-sejarah-kesenian-bantengan-ternyata-sudah-eksis-sejak-zaman-kerajaan-singhasari
Rahayu, N. (2018a, April 4). Pengusaha batik ini berhasil rambah kancah internasional. Warta Ekonomi. https://wartaekonomi.co.id/read176189/pengusaha-batik-ini-berhasil-rambah-kancah-internasional
Rahayu, N. (2018b, April 4). Pengusaha batik ini berhasil rambah kancah internasional. Warta Ekonomi. https://wartaekonomi.co.id/read176189/pengusaha-batik-ini-berhasil-rambah-kancah-internasional
Sakti, A. (2025, September 27). Kreativitas Anjani, sang seniman batik Bantengan. Good News From Indonesia. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/09/18/kreativitas-anjani-sang-seniman-batik-bantengan
SATU Indonesia. (2017, November 1). Anjani Sekar Arum, si batik Bantengan [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=Hqw9A8coqZk
SWA. (2022, September 28). Jual 200 potong per bulan, Anjani lestarikan Batik Bantengan. SWA.co.id. https://swa.co.id/read/188377/jual-200-potong-per-bulan-anjani-lestarikan-batik-bantengan
Shidiq, T. N. (2019, May 14). Mengenal Anjani Sekar Arum dan Usaha Pelestarian Batik Bantengan. Kumparan. https://m.kumparan.com/kumparannews/mengenal-anjani-sekar-arum-dan-usaha-pelestarian-batik-bantengan-1r4q4BgnIrm/2
Tanam Ternak Channel. (2021, April 25). Batik Banteng Agung bukan sekedar selembar kain batik melainkan karya seni yang bernilai tinggi [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=or_lykyZhTc